Teknologi kecerdasan buatan (AI) terus berkembang dan diperkirakan akan membawa perubahan signifikan di dunia kerja. Dalam konteks ini, para peneliti menggali potensi dampak yang ditimbulkan oleh AI terhadap berbagai profesi dan posisi kerja di masa depan.
Dalam sebuah laporan yang disusun oleh Microsoft, peneliti menganalisis hubungan antara penggunaan alat AI oleh pekerja dan efek yang mungkin ditimbulkan terhadap profesi mereka. Penelitian ini menjadi penting untuk memahami seberapa besar adopsi teknologi ini dapat memengaruhi struktur lapangan pekerjaan yang ada.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari lebih dari 200.000 percakapan yang dianonimkan pada sistem AI milik Microsoft, yaitu Bing Copilot. Menganalisis data ini memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang cara pengguna berinteraksi dengan AI dalam konteks profesional.
Dampak AI Terhadap Profesi: Mana yang Paling Terkena Dampak?
Analisis yang dilakukan selama sembilan bulan ini menunjukkan bahwa beberapa profesi lebih rentan terhadap disrupsi yang diakibatkan oleh AI. Adapun pekerjaan seperti penulisan, penerjemahan, dan komunikasi dianggap memiliki risiko tinggi karena AI dapat dengan mudah menyelesaikan tugas-tugas tersebut.
Para peneliti mencatat bahwa banyak pengguna mencari bantuan AI untuk mengumpulkan informasi dan menyelesaikan tugas tertentu. Keberhasilan AI dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut menjadikannya sebagai alat yang sangat berharga bagi banyak pekerja.
Sebaliknya, pekerja di sektor industri kerah biru, yang lebih banyak melakukan pekerjaan manual dan fisik, jelas tergolong dalam kelompok yang luas dan minim dampaknya. Ini berarti profesi seperti pekerja konstruksi dan petugas kebersihan kemungkinan besar akan tetap aman dari disrupsi AI.
Analisis Penggunaan AI di Tempat Kerja: Kendala dan Peluang
Dalam laporan yang sama, ditemukan bahwa pekerja kerah putih lebih banyak mengadopsi teknologi AI. Sebanyak 27 persen dari mereka melaporkan penggunaan AI di tempat kerja, yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam dua tahun terakhir. Penggunaan AI ini lebih umum di industri teknologi dan keuangan, di mana adaptasi teknologi baru mampu meningkatkan produktivitas.
Namun, tingkat penggunaannya di sektor produksi dan garis depan tetap stagnan. Hanya sekitar 9 hingga 11 persen pekerja dalam kategori ini yang menggunakan AI secara teratur dalam pekerjaan mereka, menunjukkan perlunya lebih banyak pelatihan dan kesadaran akan manfaat teknologi ini.
Penting untuk memahami bahwa sementara AI memiliki potensi untuk menggantikan beberapa tugas manusia, ada juga banyak peluang baru yang akan muncul. Para pekerja perlu beradaptasi dan memanfaatkan teknologi ini untuk meningkatkan keterampilan mereka dan tetap relevan di pasar kerja yang berubah cepat.
Daftar Pekerjaan yang Paling Aman dari Disrupsi AI di Masa Depan
Berdasarkan temuan yang ada, berikut adalah daftar sepuluh pekerjaan yang tampaknya paling tidak terpengaruh oleh perkembangan AI. Laporan ini menunjukkan bahwa pekerjaan-pekerjaan ini memerlukan interaksi manusia yang signifikan dan keterampilan yang sulit ditiru oleh mesin.
1. Ahli flebotomi – dukungan medis yang selalu dibutuhkan. 2. Perawat – tenaga kesehatan yang tidak tergantikan. 3. Pekerja pemindahan bahan berbahaya – keterampilan spesialis yang penting untuk keselamatan. 4. Tukang cat dan plester – keahlian tangan yang sulit otomatisasi.
5. Pembalsem mayat – pekerjaan yang memerlukan empati dan keterampilan manusia. 6. Operator pabrik dan sistem – kemampuan untuk mengawasi proses dan membuat keputusan di lokasi. 7. Ahli bedah mulut dan rahang atas – keterampilan medis yang mendalam. 8. Pemasang dan reparasi kaca mobil – pekerjaan praktis yang memerlukan presisi.
9. Engineer kapal – spesialisasi dalam merancang alat angkutan yang kompleks. 10. Tukang reparasi dan tambal ban – pekerja yang selalu dibutuhkan dalam industri otomotif.