Nama calon menteri dalam reshuffle kabinet sering menjadi daya tarik tersendiri bagi publik. Harapan masyarakat untuk perbaikan nasib bangsa tertumpu pada mereka, dan salah satu nama yang mencuri perhatian adalah Hadeli Hasibuan.
Dalam sejarah politik Indonesia, figur Hadeli Hasibuan dikenal karena keberaniannya. Dia rela mempertaruhkan nyawanya dan menghadapi risiko berat saat menawarkan solusi untuk krisis ekonomi yang melanda negeri ini di tahun 1960-an.
Keberanian yang Tiada Tara di Tengah Krisis Ekonomi
Nama Hadeli Hasibuan mulai dikenal luas setelah pidato terkenal Presiden Soekarno pada 15 Januari 1966. Dalam pidato tersebut, Soekarno mencetuskan sayembara guna mencari solusi terhadap krisis yang mendera rakyat Indonesia.
Kenaikan harga bahan pangan yang drastis hingga ratusan persen dan melambungnya harga bensin membuat kehidupan masyarakat semakin sulit. Tekanan politik imbas Gerakan 30 September 1965 menambah ketidakstabilan situasi, memperburuk keadaan yang telah ada.
Dalam sayembara itu, Soekarno menantang siapa pun yang berani melamar sebagai Menteri Penurunan Harga. Namun, ada risiko besar yang menanti: siapa pun yang gagal dalam tiga bulan akan menerima hukuman mati.
Audisi Nyawa: Hadeli Menerima Tantangan Ini
Hadeli Hasibuan, seorang pengacara berani, mengajukan lamaran untuk tantangan yang berisiko ini. Dia menyiapkan surat untuk diserahkan ke Istana Merdeka, menyatakan kesiapannya untuk membantu memulihkan ekonomi meskipun dengan taruhan nyawa.
Setelah beberapa waktu, Hadeli dipanggil untuk mempresentasikan gagasannya. Pada 2 Februari 1966, dia tiba di istana dan disambut oleh Wakil Perdana Menteri Johannes Leimena yang menyampaikan bahwa gagasannya akan dipertimbangkan.
Pada kesempatan itu, Hadeli memaparkan ide-ide revolusioner, termasuk liberalisasi ekonomi dan efisiensi anggaran. Dia juga mengusulkan pengelolaan BUMN yang lebih profesional dan membuka pintu bagi sektor swasta.
Penerimaan dan Penolakan Terhadap Ide-ide Hadeli
Walaupun Hadeli berusaha menyampaikan gagasannya dengan penuh keyakinan, ide-ide tersebut ditolak mentah-mentah. Leimena menilai gagasannya tidak realistis dan bahkan gila, bertentangan dengan kebijakan Soekarno yang anti-liberalisasi.
Keputusan tersebut tak ayal membuat Hadeli berada dalam sorotan publik. Meskipun gagal untuk menjadi menteri, ide-ide yang diajukan menjadi bahan perbincangan yang hangat di media.
Ironisnya, setelah penolakan tersebut, jikapun keadaan tak kunjung membaik, kekuasaan beralih ke Jenderal Soeharto pada tahun 1968 yang dengan cepat menerapkan kebijakan baik yang sejalan dengan gagasan Hadeli.
Warisan Sejarah Hadeli Hasibuan dalam Lintasan Waktu
Keberanian Hadeli Hasibuan untuk bertaruh nyawa demi jabatan menteri merupakan catatan unik dalam sejarah politik Indonesia. Dia adalah satu-satunya tokoh yang berani melakukan hal sedemikian dalam upaya menyelamatkan ekonomi tanah air.
Setelah masa kepresidenan Soeharto, fakta menunjukkan bahwa langkah-langkah yang diambil sebagian besar mencerminkan ide-ide yang disampaikan Hadeli. Hal ini memberikan gambaran bahwa pemikiran Hadeli memiliki relevansi yang mendalam, meski ia ditolak saat itu.
Hari ini, nama Hadeli Hasibuan tidak hanya dikenang sebagai individu berani, tetapi juga sebagai simbol aspirasi masyarakat untuk perubahan. Hidupnya selamanya akan terukir dalam ingatan sejarah bangsa sebagai sosok yang berupaya menghadapi tantangan ekonomi dengan gagasan yang berani dan radikal.