Pada tanggal 17 September 2025, Erick Thohir dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga yang baru, menggantikan Dito Ariotedjo. Pelantikan ini menandai babak baru dalam perjalanan karier Erick, yang sebelumnya dikenal sebagai Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).
Peralihan dari ketua organisasi sepakbola menuju jabatan kementerian bukanlah hal yang asing dalam sejarah olahraga di Indonesia. Keputusan semacam ini telah tercatat dalam sejarah, di mana tokoh-tokoh penting di bidang olahraga diangkat untuk memimpin kementerian terkait.
Sejarah mencatat bahwa peralihan ini pernah terjadi pada tahun 1962, saat Presiden Soekarno memberikan kepercayaan kepada Maladi, yang saat itu juga merupakan Ketua Umum PSSI. Maladi dikenal memiliki prestasi di dunia olahraga, yang menjadi dasar pemilihan tersebut.
Jejak Sejarah Peralihan Jabatan di Kementerian Olahraga
Maladi adalah sosok yang berperan penting dalam sepakbola Indonesia. Sebelum terjun ke dunia politik, ia dikenal sebagai penjaga gawang nasional pada 1930-an, yang telah membela Tim Nasional Indonesia. Kariernya dimulai dari PSIM Yogyakarta, lalu melanjutkan perjalanan karirnya di klub-klub besar seperti Persis Solo dan Persebaya.
Keberhasilannya sebagai pemain membawa Maladi ke dalam dunia organisasi olahraga. Pada tahun 1950, ia terpilih sebagai Ketua Umum PSSI, di mana ia mulai melakukan berbagai perubahan. Salah satu inisiatif terpentingnya adalah mengundang pelatih asing untuk meningkatkan kemampuan tim nasional.
Dibawah kepemimpinan Maladi, PSSI berhasil mendatangkan Toni Pogacnik dari Yugoslavia. Toni menjadi pelatih yang menerapkan metode modern dalam pelatihan timnas, membawa Indonesia ke puncak kesuksesan dengan pencapaian di Olimpiade Melbourne 1956.
Kepemimpinan Maladi dalam Kegiatan Olahraga
Penunjukan Maladi sebagai Menteri Olahraga pada tahun 1962 berfokus pada penyiapan infrastruktur untuk Asian Games IV di Jakarta. Dalam posisi ini, ia bertanggung jawab untuk mempersiapkan berbagai aspek penting, seperti kompleks olahraga dan penyiaran acara.
Kesuksesannya dalam menyelenggarakan Asian Games dan GANEFO I menunjukkan kapasitas kepemimpinan Maladi. Di bawah kepemimpinannya, Indonesia tampil dengan gemilang dan menempatkan diri di peringkat ketiga pada ajang GANEFO, yang diikuti oleh puluhan negara.
Maladi tidak hanya memimpin kementerian, tetapi juga menjadi motor penggerak bagi perkembangan olahraga di berbagai daerah. Dia percaya bahwa olahraga harus dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat di Indonesia.
Warisan dan Pengaruh Maladi dalam Olahraga Indonesia
Meski kariernya sebagai Menteri Olahraga berakhir pada tahun 1966, warisan yang ditinggalkannya tetap berfungsi sebagai pilar bagi perkembangan olahraga di Indonesia. Program-program pembibitan, kurikulum olahraga, dan peningkatan kesejahteraan atlet menjadi fondasi bagi kepemimpinan selanjutnya.
Dalam catatan sejarah, nama Maladi sering kali dikaitkan dengan upaya untuk mempopulerkan olahraga di seluruh penjuru tanah air. Ia menekankan pentingnya fasilitas yang mendukung bagi atlet muda untuk tumbuh berbakat.
Namun, masa depan Maladi di era Orde Baru mengalami tantangan. Dikenal sebagai loyalis Soekarno, posisinya kian merosot seiring dengan perubahan kekuasaan yang terjadi. Meskipun begitu, kontribusinya terhadap perkembangan olahraga Indonesia tetap diingat.











