Gempa bumi berkekuatan M8,7 mengguncang wilayah Kamchatka, Rusia, pada Rabu, 20 Juli 2025. Fenomena geologis ini mengingatkan kita akan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam, terutama gempa bumi, yang dapat terjadi kapan saja dan di mana saja.
Gempa yang terjadi di Kamchatka ini cukup kuat untuk memicu peringatan tsunami di berbagai wilayah, termasuk Kepulauan Pasifik, Rusia, dan Jepang. Korban telah diselamatkan oleh respons cepat dari pemerintah setempat yang mengimplementasikan rencana evakuasi dalam waktu singkat.
Wilayah yang paling terancam adalah Kepulauan Mariana Utara, di mana pemerintah setempat sudah mengeluarkan peringatan tsunami. Peringatan tersebut diikuti dengan larangan bagi warga untuk berada di dekat pantai demi keselamatan.
Kesiapan Masyarakat Jepang dalam Menghadapi Gempa Bumi
Pemerintah Jepang menunjukkan respons yang tanggap dengan mengeluarkan peringatan darurat terkait potensi tsunami. Hal ini mencerminkan pengalaman dan pengetahuan mereka dalam menghadapi bencana alam, yang sudah terbangun sejak lama.
Indonesia, sebagai negara yang juga rawan bencana, dapat belajar dari kesiapan Jepang dalam menghadapi situasi darurat ini. Pengalaman Jepang menunjukkan bahwa koordinasi yang baik dan pendidikan kebencanaan adalah kunci utama dalam mengatasi dampak bencana.
Sebelum melakukan evakuasi besar-besaran, masyarakat Jepang sudah dilatih untuk menghadapi gempa bumi. Kesadaran akan tindakan yang harus diambil saat bencana yarang terjadi menjadi bagian dari pendidikan anak-anak di sekolah.
Sejarah dan Perubahan Pasca Gempa Kanto 1923
Jepang menjadi lebih waspada terhadap ancaman gempa bumi setelah tragedi besar yang terjadi pada tahun 1923, yaitu Gempa Kanto. Saat itu, lebih dari 100 ribu orang kehilangan nyawa, dan banyak bangunan hancur dalam sekejap.
Tragedi ini membawa kesadaran bahwa mitigasi bencana harus menjadi prioritas. Masyarakat yang sebelumnya acuh terhadap kebijakan mitigasi bencana mulai menyadari pentingnya memiliki rencana evakuasi dan pendidikan kebencanaan.
Gempa Kanto bukan hanya menjadi titik balik bagi masyarakat Jepang, tetapi juga bagi pemerintah dalam merancang kebijakan baru untuk membangun infrastruktur yang lebih tahan gempa. Perubahan signifikan dalam sistem pertahanan bencana mulai dilakukan.
Pendidikan Kebencanaan dan Infrastruktur Tahan Gempa
Pendidikan kebencanaan dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah, sehingga anak-anak memahami cara menghadapi bencana dengan baik. Pelatihan ini dilakukan secara rutin agar menjadi kebiasaan dan tidak terasa asing bagi anak-anak.
Pemerintah juga memperkenalkan standar baru dalam pembangunan infrastruktur. Bangunan-bangunan di daerah rawan gempa diwajibkan untuk memenuhi standar anti gempa yang ketat dan dilengkapi dengan sistem evakuasi yang jelas.
Hasil dari pelaksanaan program ini menunjukkan efektivitasnya. Jepang kini dikenal sebagai negara yang mampu menghadapi bencana alam, dan respons terhadap gempa yang terjadi di Kamchatka baru-baru ini adalah contoh nyata dari kesiapan tersebut.
Kesadaran akan bencana dan tanggap darurat telah menjadi bagian dari budaya Jepang yang terbentuk selama bertahun-tahun. Masyarakat tidak lagi menganggap gempa bumi sebagai hal yang sepele.
Meskipun bencana alam tidak bisa dicegah, dampaknya bisa diminimalisir melalui pendidikan dan kebijakan yang tepat. Sistem mitigasi ini menjadi pelajaran penting bagi negara-negara lainnya yang juga rentan terhadap bencana.
Gempa bumi di Kamchatka menjadi pengingat bagi semua negara akan pentingnya memiliki sistem mitigasi yang efektif untuk melindungi warga masyarakat dari ancaman bencana alam yang tidak terduga.