Setelah berakhirnya proses evakuasi terkait ambruknya gedung Pondok Pesantren Al Khoziny yang terjadi di Buduran, Sidoarjo, suasana di sekitar pesantren tersebut terasa sangat sepi. Aktivitas belajar mengajar di pesantren masih terhenti, menunggu situasi kembali kondusif untuk para santri yang tinggal di sana.
Ketua Alumni Pusat Al Khoziny, Zainal Abidin, menyatakan bahwa seluruh kegiatan santri diliburkan hingga ada kepastian mengenai keadaan bangunan yang masih ada, agar bisa memastikan keselamatan semua pihak. Hal ini diambil untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi di masa mendatang.
“Kami masih meliburkan kegiatan belajar sampai keadaan lebih aman,” ungkap Zainal pada Rabu, 8 Oktober. Keputusan ini diambil sebagai langkah preventif agar tidak ada risiko lebih lanjut.
Kronologi Kejadian Ambruknya Gedung di Pondok Pesantren
Pada Senin, 29 September, sebuah gedung yang terdiri dari tiga lantai beserta musala di Pondok Pesantren Al Khoziny runtuh saat ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjemaah. Kejadian tersebut terjadi di saat gedung masih dalam tahap pembangunan, yang menambah bahaya dalam insiden ini.
Dalam hitungan waktu yang sangat singkat, proses pencarian dan evakuasi dilakukan oleh Basarnas dan Tim SAR lainnya. Semua pihak terlibat dalam upaya penyelamatan para santri yang terjebak di dalam reruntuhan gedung, namun tantangan besar hadir dengan banyaknya debu dan puing-puing yang menimbulkan risiko lebih lanjut.
Proses evakuasi berlangsung selama beberapa hari, dan penderitaan keluarga serta kerabat para santri yang menunggu kabar semakin terasa. Mereka berharap agar semua santri dapat ditemukan dalam keadaan selamat, meskipun situasi yang dihadapi sangat krusial.
Status Korban dan Upaya Identifikasi
Hingga berita terakhir pada Selasa, 7 Oktober, Basarnas mencatat total korban ambruknya gedung tersebut mencapai 171 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 104 orang berhasil diselamatkan, sementara 67 lainnya dinyatakan meninggal dunia termasuk 8 bagian tubuh yang tidak utuh.
Sebagian besar identitas korban yang meninggal telah berhasil diidentifikasi oleh Tim DVI di RS Bhayangkara Polda Jatim yang bertugas di lapangan. Proses identifikasi korban berlangsung dengan sangat hati-hati dan teratur demi memberikan kejelasan bagi keluarga yang berduka.
Identifikasi yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mengurangi rasa cemas dan ketidakpastian yang dialami oleh keluarga dan kerabat santri. Tim DVI bekerja dengan penuh dedikasi untuk memastikan semuanya bisa berjalan baik.
Reaksi dan Tanggapan dari Pihak Terkait
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Adhy Karyono menegaskan bahwa lebih dari 300 santri telah dipulangkan ke daerah masing-masing setelah insiden tersebut. Keluarga santri yang mendengar kabar mengenaskan ini tentu tidak bisa menahan air mata mereka saat berjumpa kembali setelah kejadian.
Adhy menyampaikan ungkapan belasungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan. Ia juga menegaskan pentingnya evaluasi dan investigasi mendalam terhadap kondisi bangunan yang runtuh agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
Pihak pesantren juga berkomitmen untuk melakukan perbaikan dan pemeliharaan yang lebih baik ke depannya serta berusaha untuk mendirikan tenda-tenda darurat bagi santri yang masih bertahan. Langkah ini diambil untuk memberikan tempat yang layak dan aman bagi mereka yang terdampak.











