Demonstrasi yang dilakukan oleh elemen mahasiswa menandai satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran di Jakarta. Aksi tersebut, yang berlangsung di Jalan Medan Merdeka Selatan, menunjukkan ketidakpuasan yang mendalam dari para mahasiswa terhadap kebijakan pemerintah.
Pada sore hari, demonstrasi yang awalnya berlangsung dengan semangat tinggi ini berakhir setelah mahasiswa membubarkan diri sekitar pukul 18.15 WIB. Sebelum itu, mereka sempat mengekspresikan kekecewaan dengan membakar ban dan berusaha mendorong barier yang dipasang oleh polisi.
Kekecewaan mahasiswa semakin mendalam ketika tidak ada perwakilan dari pemerintah yang hadir untuk mendengarkan aspirasi mereka. Situasi ini menciptakan ketegangan yang cukup tinggi, namun akhirnya mahasiswa memilih untuk mundur dan membacakan pernyataan sikap mereka.
Tuntutan Mahasiswa di Tengah Unjuk Rasa
Dalam aksi tersebut, mahasiswa menyampaikan 17 pernyataan atau tuntutan yang mencerminkan ketidakpuasan mereka. Di antara tuntutan itu adalah evaluasi program makan bergizi gratis yang dinilai tidak berjalan efektif.
Tuntutan lainnya termasuk pembebasan semua tahanan aksi massa yang dianggap tidak bersalah. Mahasiswa juga meminta evaluasi menyeluruh terhadap Kabinet Merah Putih dan mencopot menteri-menteri yang dianggap bermasalah.
Dengan berbagai tuntutan ini, mahasiswa berharap agar suara mereka didengar dan ditindaklanjuti oleh pemerintah. Mereka menyadari bahwa aksi ini adalah bagian dari proses demokrasi dan sebuah langkah untuk memperjuangkan keadilan sosial.
Penilaian Terhadap Kebijakan Pemerintah
Mahasiswa juga menyoroti pentingnya reformasi menyeluruh di lembaga legislatif. Mereka berpendapat bahwa lembaga-lembaga tersebut harus lebih responsif terhadap kebutuhan rakyat dan tidak hanya berfungsi sebagai alat politik.
Evaluasi anggaran pertahanan dan keamanan negara juga menjadi salah satu poin penting dalam pernyataan mereka. Mahasiswa menekankan perlunya transparansi dalam penggunaan anggaran agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang.
Selain itu, mereka meminta agar komando teritorial dibubarkan, mempertanyakan relevansi dan efektivitasnya dalam konteks saat ini. Dengan demikian, aksi mahasiswa ini bukan sekadar unjuk rasa, tetapi merupakan bentuk partisipasi aktif dalam pengawasan pemerintahan.
Diskusi Publik Sebagai Sarana Penyampaian Aspirasi
Di sisi lain, ketidakpuasan yang ditunjukkan mahasiswa juga menggambarkan perlunya dialog terbuka antara pemerintah dan masyarakat. Diskusi publik yang melibatkan berbagai elemen masyarakat menjadi sangat penting untuk menciptakan kebijakan yang lebih adil dan berpihak kepada rakyat.
Dengan terbukanya ruang dialog, diharapkan aspirasi masyarakat dapat dikelola dengan baik dan dapat menghindari terjadinya konflik yang lebih besar. Melalui cara ini, pemerintah dapat mendengar secara langsung apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Selain itu, mahasiswa juga diingatkan akan pentingnya menjaga keamanan dan ketertiban selama unjuk rasa. Meskipun emosi sering kali memuncak, tindakan anarkis bukanlah solusi yang tepat untuk menyampaikan ketidakpuasan.
Menjelang akhir demonstrasi, mahasiswa memilih untuk membubarkan diri dengan tertib setelah menyampaikan semua pernyataan sikap mereka. Proses pembubaran berjalan relatif lancar, dan situasi di sekitar Jalan Medan Merdeka pun kembali normal.
Di saat berita ini ditulis, pihak kepolisian telah membuka kembali jalan menuju Medan Merdeka Selatan. Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat ketegangan, proses yang berlangsung dapat berujung dengan kesepakatan untuk kembali ke keadaan semula.
Aksi ini menandakan bahwa mahasiswa tetap menjadi pengawas dan suara kritis dalam demokrasi, berusaha menjaga agar pemerintah tetap hadir dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.











