Jakarta — Beberapa dekade yang lalu, seorang pria asal Amerika Serikat bernama Michael Rockefeller hilang dalam sebuah ekspedisi penelitian di pedalaman Papua. Misi ini bertujuan untuk mempelajari dan mendokumentasikan budaya serta kehidupan suku-suku di wilayah terpencil, namun berakhir dengan misteri yang belum terpecahkan hingga kini.
Michael adalah sosok yang penasaran dan berani. Ketertarikan mendalamnya terhadap antropologi membawanya langsung ke Papua, untuk memahami lebih dekat kehidupan suku Asmat yang kaya akan tradisi. Namun, tak seorang pun menduga bahwa perjalanan ini akan berujung pada hilangnya salah satu anggota keluarga terkaya di dunia.
Selain kecintaannya pada ilmu pengetahuan, latar belakang keluarga Rockefeller yang terkenal juga menjadi sorotan. Ayahnya, Nelson Rockefeller, adalah Gubernur New York dan Wakil Presiden AS, sementara ibunya adalah seorang perawat. Dengan akar yang kuat dalam dunia elit, memilih untuk menjelajahi hutan belantara Papua adalah keputusan yang berani dan penuh risiko.
Perjalanan Awal Michael Rockefeller di Papua
Pada bulan November 1961, Michael tiba di Papua setelah perjalanan panjang dari Amerika Serikat. Ia bergabung dengan tim dari Universitas Harvard, yang terjun langsung untuk meneliti suku Dani. Dalam misi ini, mereka ingin membuat film dokumenter yang mengungkap kehidupan sehari-hari dan tradisi suku yang belum banyak dikenal.
Di dalam proyek tersebut, Michael berperan sebagai teknisi suara sekaligus fotografer. Selain mendapatkan informasi yang berharga, ia juga mengumpulkan artefak dan karya seni buatan Suku Dani yang akan disimpan di museum milik ayahnya. Ketertarikan Michael terhadap kebudayaan Papua semakin mendalam seiring berjalannya waktu.
Setelah menyelesaikan misi pertama, Michael merasa ada yang kurang. Ia ingin lebih memahami kehidupan suku-suku di Papua. Menurut pengakuan saudara kembarnya, Mary, Michael merencanakan untuk kembali ke sana dengan tujuan yang lebih ambisius, yakni menjelajahi Suku Asmat, yang terletak di wilayah yang lebih terpencil.
Ekspedisi ke Suku Asmat yang Berbahaya
Pada ekspedisi keduanya, Michael didampingi oleh Rene Wassing, seorang pakar seni asal Belanda, dan dua pemandu lokal, Simon dan Leo. Mereka harus menyiapkan perjalanan yang penuh tantangan, menggunakan perahu untuk menjelajahi Sungai Betsj yang berbahaya. Sungai ini dikenal dengan arus deras dan penuh dengan buaya, yang mengancam keselamatan mereka setiap saat.
Walaupun menyadari risiko yang ada, tim tetap melanjutkan perjalanan. Namun, pada tanggal 18 November, cuaca berubah drastis dan badai pun melanda. Hujan deras dan angin kencang membuat perahu mereka tidak mampu bertahan, dan akhirnya terbalik di tengah sungai yang berbahaya.
Michael dan rekan-rekannya berusaha menyelamatkan diri. Dalam situasi genting itu, Michael memutuskan untuk berenang ke daratan dengan mengikat jerigen kosong di pinggangnya. Dia yakin bahwa jika dia mencapai pantai, ia bisa membawa bantuan untuk timnya yang terjebak.
Kehilangan yang Menyikapi Semua
Setelah terpisah, Rene, Simon, dan Leo berhasil mencapai daratan. Mereka berusaha mencari Michael, tetapi usaha tersebut sia-sia. Tidak ada jejak yang menunjukkan bahwa Michael sempat mencapai pantai, dan mereka tidak mendapatkan kabar apapun tentangnya. Ini adalah awal dari enigmas yang menghantui keluarga Rockefeller.
Keberadaan Michael menjadi misteri yang dalam, menarik perhatian banyak pihak. Keluarga Rockefeller, termasuk ayahnya yang terkenal, terbang ke Papua untuk mengawasi pencarian dan mencari jawaban atas hilangnya Michael. Upaya pencarian yang dilakukan oleh tim gabungan pemerintah AS dan Belanda juga tidak membuahkan hasil.
Di tengah upaya pencarian yang gagal, berbagai spekulasi muncul mengenai nasib Michael. Sebagian orang meyakini bahwa ia mungkin dibunuh oleh suku lokal, sementara teori lain menyatakan bahwa ia bisa saja tenggelam atau disergap oleh buaya. Namun, tidak satupun dari teori-teori ini yang dapat dibuktikan secara konkret.
Misteri yang Tak Kunjung Terpecahkan
Hilangnya Michael Rockefeller menjadi salah satu kisah paling terkenal dan misterius dalam sejarah eksplorasi. Meskipun banyak teori mengenai kematiannya yang beredar, tidak ada bukti yang dapat mengkonfirmasi apa yang sebenarnya terjadi. Keberadaannya tetap tidak terjawab, meninggalkan banyak pertanyaan dalam pikiran publik.
Banyak laporan dan studi mendalam muncul di tahun-tahun belakangan ini, namun semua itu tidak mampu menyelesaikan misteri yang melingkupi hilangnya Michael. Penyelidikan dan upaya pencarian tidak hanya melibatkan tenaga ahli, tetapi juga memicu rasa ingin tahu masyarakat luas.
Walaupun banyak pertanyaan yang belum terjawab, kisah Michael Rockefeller tetap menjadi sebuah pengingat akan bahaya yang dihadapi dalam eksplorasi wilayah yang belum terjamah, serta kerentanan manusia di hadapan alam. Keseruan perjalanan ini menggambarkan dedikasi seorang ilmuwan, namun pada saat yang sama menyimpan ketidakpastian yang mengghidupkan kembali rasa penasaran akan apa yang terjadi.











