Pandji Pragiwaksono tengah menghadapi sanksi adat yang diberikan oleh Tongkonan Adat Sang Torayan (TAST) di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Sanksi tersebut terdiri dari 48 ekor kerbau, 48 ekor babi, serta tambahan uang senilai Rp2 miliar.
Dalam penjelasannya, Pandji menyatakan bahwa dialog mengenai masalah ini sebenarnya sedang dilakukan antara dirinya dan Rukka Sombolinggi, Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi masih berlangsung meskipun situasi sudah semakin rumit.
“Menurut beliau [Rukka Sombolinggi], seharusnya tidak tepat bila diharuskan memberikan 96 hewan dan uang sebanyak itu,” ungkap Pandji. Ia menekankan pentingnya melibatkan perwakilan dari 32 wilayah adat Toraja dalam proses dialog yang masih berjalan.
Proses Dialog yang Masih Berlangsung di Tana Toraja
Pandji menggarisbawahi bahwa belum ada keputusan final terkait sanksi adat yang diterimanya. Dialog dengan perwakilan adat Toraja harus dilakukan agar dapat mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Dalam pernyataannya, Pandji menyebut bahwa Rukka Sombolinggi bersedia menjadi perantara dalam dialog ini. Dia juga berupaya untuk menyampaikan permohonan maafnya dan mengakui bahwa candaan yang disampaikannya dianggap “ignorant” oleh banyak orang.
Lebih lanjut, Pandji berharap agar situasi ini dapat diselesaikan secara damai tanpa perlu berlarut-larut dalam proses hukum. Meskipun demikian, jika tidak ada jalan keluar, ia bersedia mengikuti proses hukum yang berlaku.
Tanggapan Masyarakat Terhadap Pernyataan Pandji
Reaksi masyarakat menyusul pernyataan Pandji menunjukkan adanya perasaan terlukai di kalangan komunitas Toraja. Banyak yang merasa bahwa materinya berbicara mengenai adat Toraja tidak hanya menyinggung, tetapi juga menambah stigma negatif bagi masyarakat setempat.
Perwakilan dari Aliansi Pemuda Toraja bernama Prilki Prakasa Randan juga menyatakan bahwa materi komedi yang dibuat Pandji telah melanggar nilai-nilai budaya mereka. Dia mengungkapkan kekhawatiran mengenai rasisme kultural dan diskriminasi yang muncul akibat pernyataan tersebut.
Pandji berusaha untuk menegaskan bahwa niatnya bukanlah untuk menghina, melainkan sekadar melakukan komedi. Kombinasi dari situasi ini menjadi pelajaran penting bagi dia dan juga bagi masyarakat bahwa pemahaman dan penghargaan terhadap budaya lain sangat penting.
Harapan untuk Penyelesaian Konflik Secara Baik
Pandji Pragiwaksono mengakui kesalahannya dan berkomitmen untuk memperbaiki hubungan dengan masyarakat Toraja. Melalui dialog dan ketulusan, dia berharap dapat menemukan jalan tengah yang bisa diterima oleh semua pihak yang terlibat.
Dia juga mengundang masyarakat Toraja untuk berdiskusi lebih lanjut agar tidak ada pihak yang merasa terpinggirkan atau tidak mendengar suaranya. Ini adalah langkah yang penting dalam mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
Pandji percaya bahwa meskipun saat ini ada perbedaan pendapat, masih ada kesempatan untuk menumbuhkan rasa saling menghormati dan toleransi. Kedepannya, diharapkan komunikasi antara seniman dan masyarakat adat dapat berjalan lebih baik.











