Pentingnya integritas dalam pemerintahan tidak dapat dipandang sebelah mata, terutama ketika menyangkut penegakan hukum dan pelayanan publik. Dalam konteks ini, aksi-aksi berani dari pejabat publik berpotensi mengubah wajah birokrasi yang terhampar luas, seperti yang dicontohkan oleh Menteri Keuangan di masa lalu, J.B. Sumarlin.
Langkah-langkahnya dalam memberantas korupsi dan pungutan liar menunjukkan bahwa metode yang tidak konvensional dapat efektif. Melalui pengamatan langsung dan penyamaran, ia berhasil mengungkap berbagai praktik buruk yang terjadi di instansi pemerintah.
Berawal dari laporan masyarakat yang sering kali tidak ditindaklanjuti, Sumarlin menyadari bahwa ada kebutuhan mendesak untuk menggali informasi lebih dalam. Situasi ini mendorongnya untuk mengambil tindakan yang tidak biasa dalam upayanya mengubah kebiasaan buruk itu.
Tindakan Berani untuk Mengatasi Pungutan Liar
Kisah pertama yang layak dicatat adalah ketika Sumarlin melakukan penyamaran di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Menggunakan nama samaran Ahmad Sidik, ia ingin mengungkap dugaan adanya praktik penyimpangan dalam pengelolaan gaji pegawai di sana.
Dengan skenario yang matang, Sumarlin berangkat ke kantor Bendahara Negara (KBN) untuk mengantar setoran yang sebenarnya merupakan umpan jebakan. Dalam aksi ini, Sumarlin sepenuhnya menjiwai perannya sebagai pegawai baru, hingga memicu reaksi dari petugas KBN yang menganggapnya tidak kompeten.
Pada satu titik, ketegangan meningkat dan membongkar seluruh praktik kotor di toko. Ketika Sumarlin mengungkapkan identitasnya, kehebohan langsung pecah di kantor tersebut, dan kasus pungutan liar pun berhasil dibeberkan.
Meluncurkan Operasi Penyamaran di Instansi Lain
Setelah keberhasilan di RSCM, Sumarlin melanjutkan operasi penyamaran lain di beberapa instansi, termasuk di Direktorat Pajak. Dengan metode yang sama, ia terus menerus menggunakan identitas samaran Ahmad Sidik untuk menggali lebih dalam.
Saat menyamar di kantor pajak, ia menemukan bahwa praktik pungutan liar sudah merajalela hingga menjadi sistematis. Dari situ, Sumarlin memastikan semua pegawai yang terlibat dalam praktik tersebut diberi sanksi berat.
Pengalaman ini menunjukkan kepada Sumarlin bahwa korupsi sudah mengakar dalam budaya instansi pemerintahan dan memerlukan pendekatan yang lebih radikal demi merubahnya.
Memerangi Korupsi di Kantor Imigrasi dan Lainnya
Rugio terbesar Sumarlin datang ketika ia menyamar di kantor imigrasi. Pada waktu itu, instansi tersebut telah dikenal luas sebagai “ladang basah” bagi praktik pungli. Warga yang ingin mengurus dokumen sering kali harus membayar lebih dari yang seharusnya.
Sumarlin, dengan namanya yang sudah terkenal, berhasrat untuk melihat sendiri betapa dalamnya masalah ini berakar. Ia sampai menangkap seorang pegawai yang dijuluki “Ratu Pungli,” sebagai bukti nyata dari praktik kotor tersebut.
Semua yang terlibat dalam praktik pungli di kantor imigrasi akhirnya diberi sanksi dan dipecat, menandakan komitmen Sumarlin untuk berantas praktik korupsi secara sistematis.
Warisan Langkah Sumarlin di Era Kontemporer
Keberaniannya selama menjabat sebagai Menteri Keuangan tidak terlupakan. Sumarlin dikenal sebagai sosok yang tidak takut untuk mengambil tindakan tegas terhadap setiap pelanggaran yang dihadapi. Melalui berbagai sidak ke instansi-instansi, ia mendemonstrasikan pentingnya transparansi dalam pelayanan publik.
Pada akhir masa jabatannya, ia meninggalkan warisan yang dikenal oleh banyak kalangan sebagai seorang reformis pemerintahan yang memperjuangkan keadilan sosial. Langkah-langkah radikal yang dilakukannya membuka jalan bagi calon pemimpin di masa depan untuk terus melanjutkan perjuangan melawan korupsi.
Dengan visi dan tindakannya, Sumarlin membuktikan bahwa satu suara dan satu tindakan berani dapat menggerakkan banyak perubahan, memotivasi pegawai negeri untuk berkomitmen pada tugas dan tanggung jawab mereka secara lebih baik.










