Kapal motor Makmur 03 mengalami kebakaran di perairan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, pada hari Jumat, 21 November. Dalam insiden tersebut, sebelas anak buah kapal dilaporkan hilang, memicu kekhawatiran di kalangan keluarga dan pihak berwenang.
Anggota kru yang hilang meliputi Yakob (60), Kien Julson Sabandar (51), Misran Sumenda (51), dan beberapa lainnya, yang semuanya diyakini sedang melaut saat musibah terjadi. Kejadian ini menjadi perhatian serius mengingat bahaya yang dihadapi para pelaut di tengah lautan.
Kapal yang dikemudikan oleh Yakob bertolak dari Pelabuhan Tulehu dengan tujuan pemancingan ikan di perairan Banda. Perjalanan tersebut dimulai pada Sabtu, 8 November, sekitar pukul 02:00 WIT, sebelum insiden kebakaran melanda kapal tersebut di tengah perjalanan.
Menurut laporan, kebakaran dilaporkan pertama kali terjadi pada Kamis, 20 November, ketika pemilik kapal, Iwan, menerima informasi dari ABK mengenai keadaan darurat tersebut. Laporan tersebut memicu respon cepat dari pihak berwenang dan pencarian korban dilakukan segera setelah insiden dilaporkan.
Proses Pencarian Anak Buah Kapal di Tengah Cuaca Buruk
Kepala Basarnas Ambon, Muhammad Arafah, menyatakan bahwa pihaknya masih melakukan pencarian intensif terhadap semua ABK yang hilang. Pada pencarian hari pertama, yang dilaksanakan pada Jumat, 21 November, situasi cuaca buruk serta gelombang tinggi menjadi penghalang untuk menemukan para pelaut.
Untuk mendukung pencarian, Basarnas mengerahkan KN Bharata ke titik lokasi yang diperkirakan sebagai tempat kejadian. Kapal tersebut berangkat menuju koordinat 4°33’52.20″S – 128°48’33.55″E, dengan jarak sekitar 75 NM ke arah Tenggara.
Sayangnya, kondisi gelombang yang ekstrem di perairan Banda menambah sulit proses pencarian. Arafah mengungkapkan harapannya agar di hari kedua pencarian, seluruh ABK bisa ditemukan dalam keadaan selamat.
Ia memberikan informasi bahwa satu unit KN SAR Bharata telah dikerahkan menuju lokasi kejadian, namun pencarian dihentikan sementara karena cuaca yang tidak mendukung. Pihaknya berencana untuk melanjutkan pencarian pada pagi hari berikutnya.
Koordinasi Antara Pihak Berwenang dan Penanggung Jawab Kapal
Arafah menjelaskan bahwa sebelum mengerahkan personel, Basarnas terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan pihak kapal, termasuk dengan pos SAR Banda terkait insiden kebakaran. Proses ini menjadi sangat penting untuk memastikan semua langkah yang diambil tepat dan sesuai prosedur.
Pihak kapal sebagai penanggung jawab Makmur 03 juga melaporkan bahwa sampai saat ini, belum satu pun ABK yang ditemukan. Situasi ini memberikan tantangan bukan hanya bagi pencari, tetapi juga kepada keluarga yang menunggu kabar terkait nasib anggota keluarganya.
Koordinasi juga dilakukan dengan otoritas perairan seperti Polairud dan TNI-AL untuk memverifikasi informasi mengenai kebakaran kapal. Keterlibatan banyak pihak menunjukkan pentingnya kerja sama dalam keadaan darurat semacam ini.
Pencarian hari pertama yang belum membuahkan hasil menunjukkan betapa berbahayanya kondisi cuaca di lokasi insiden. Upaya pencarian akan terus dilakukan sampai semua yang hilang ditemukan.
Pentingnya Keselamatan Pelaut di Perairan Indonesia
Insiden kebakaran kapal ini menggarisbawahi pentingnya keselamatan pelaut di perairan Indonesia yang terkenal luas dan kadang rawan bencana. Pihak berwenang disarankan untuk lebih memahami dan menerapkan standar keselamatan yang lebih ketat dalam pengoperasian kapal.
Banyak kapal yang beroperasi di wilayah perairan Indonesia seringkali menghadapi tantangan, baik dari faktor cuaca maupun kurangnya fasilitas yang memadai. Dengan meningkatnya jumlah kasus serupa, perhatian yang lebih besar terhadap keselamatan pelaut harus diutamakan.
Keluarga pelaut sering kali menanggung beban emosional yang berat ketika kejadian seperti ini terjadi. Memastikan keselamatan anak buah kapal harus menjadi prioritas bagi semua pemilik dan operator kapal.
Selain itu, pelatihan dan pendidikan kepada para pelaut mengenai tindakan yang harus dilakukan dalam keadaan darurat juga sangat diperlukan. Dengan pengetahuan yang memadai, risiko terjadinya musibah bisa diminimalisasi.
Langkah-Langkah yang Harus Diambil untuk Mencegah Kejadian Serupa
Berbagai langkah perlu diambil untuk mengurangi risiko kebakaran dan kecelakaan di laut. Ini termasuk peningkatan pemeliharaan kapal dan sistem pelaporan yang lebih jelas mengenai kondisi kapal sebelum berlayar.
Pengoperasian kapal harus disertai dengan pengecekan menyeluruh terhadap semua peralatan keselamatan. Langkah ini sangat penting untuk memastikan bahwa semua alat dalam kondisi siap pakai saat dibutuhkan.
Perhatian terhadap laporan cuaca dan kondisi perairan juga harus diterapkan secara ketat. Banyak kejadian yang mungkin terjadi akibat kurangnya perhatian terhadap informasi ini, yang bisa mengakibatkan tragedi yang tidak segera terdeteksi.
Sebagai kesimpulan, insiden kebakaran kapal Makmur 03 menekankan betapa pentingnya kerja sama dan kesiapsiagaan dalam menghadapi situasi darurat. Semua pihak harus mengambil pelajaran dari kejadian ini untuk meningkatkan keselamatan di laut.











