Polda Metro Jaya telah mengungkap kasus tewasnya Alex Iskandar, seorang ayah tiri yang terlibat dalam penculikan dan pembunuhan anak tirinya, Alvaro Kiano Nugroho. Alvaro, seorang bocah berusia enam tahun, ditemukan tewas setelah hilang selama delapan bulan, dan kronologi kejadian ini mengejutkan banyak pihak.
Dalam penjelasan yang disampaikan oleh Kombes Budi Hermanto, Kabid Humas Polda Metro Jaya, terungkap bahwa pelaku ditangkap pada 21 November di wilayah Tangerang. Penangkapan ini diikuti dengan serangkaian pemeriksaan intensif terhadap pelaku untuk mengungkap lebih banyak informasi tentang kasus tersebut.
Penyidik Polres Metro Jakarta Selatan melakukan pemeriksaan maraton yang berlangsung hingga 23 November, hingga ditemukan indikasi bahwa pelaku benar-benar terlibat dalam kejahatan ini. Kesulitan dihadapi oleh penyidik saat pelaku meminta izin untuk ke toilet dengan alasan tidak nyaman menggunakan celana pendek yang diberikan penyidik.
Mengungkap Motif Pembunuhan dan Penculikan Anak Tiri
Motif di balik penculikan dan pembunuhan ini berasal dari dendam pribadi yang dialami pelaku terhadap istrinya. Kombes Budi Hermanto menjelaskan bahwa pelaku memiliki dorongan untuk membalas dendam karena merasa dikhianati, dan itu yang mendorongnya untuk mengambil tindakan kejam terhadap anak tirinya.
Pelaku menculik Alvaro di sebuah masjid di wilayah Pesanggrahan pada 6 Maret. Di saat penculikan, korban tidak bisa berhenti menangis, sehingga pelaku merasa terpaksa untuk menindaklanjutinya dengan cara yang tragis.
Dari hasil pemeriksaan, pelaku mengakui bahwa ia membekap Alvaro, yang mengakibatkan kematian bocah tersebut. Kematian itu tidak terjadi secara mendadak, melainkan merupakan hasil dari tindakan yang dilakukan dalam situasi emosional yang tidak terkendali.
Proses Penemuan Mayat dan Penanganan Kasus
Setelah melakukan tindakan kejam itu, pelaku menyimpan jasad Alvaro di garasi mobil rumahnya selama tiga hari sebelum akhirnya membuangnya. Pembuangan ini dilakukan dengan cara mengemas jasad ke dalam tas plastik hitam dan membawa ke wilayah Tenjo, Bogor.
Pembuangan jasad di lokasi yang terpencil di Jembatan Cilalay dilakukan pada malam 9 Maret, tiga hari setelah pembunuhan. Penemuan jasad ini akhirnya memperjelas misteri hilangnya Alvaro, yang selama ini menjadi sorotan masyarakat.
Penyidik akhirnya dapat menemukan dan menghubungkan berbagai bukti yang ada untuk menyusun kembali timeline dari kejadian tersebut. Pengakuan pelaku, serta bukti lain yang ditemukan di lokasi, menjadi informasi penting dalam menyelesaikan kasus ini.
Reaksi Masyarakat dan Dampak Kasus
Kasus ini mengundang keprihatinan serta kemarahan di kalangan masyarakat. Banyak yang mengekspresikan rasa duka dan simpati atas nasib Alvaro, seorang bocah tak bersalah yang harus menjadi korban dari tindakan brutal ayah tirinya.
Para aktivis perlindungan anak pun meminta penegakan hukum yang lebih ketat, agar kejahatan serupa tidak terulang di masa mendatang. Masyarakat menyuarakan perlunya peraturan yang lebih tegas dalam perlindungan anak dari tindak kekerasan.
Pergeseran paradigma dalam sistem hukum dan edukasi masyarakat tentang kekerasan dalam rumah tangga menjadi salah satu poin penting yang menjadi sorotan setelah kasus ini. Hal ini menandai pentingnya peran semua pihak dalam menjaga keselamatan anak-anak di lingkungan keluarga.











