Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, baru-baru ini memberikan penjelasan mengenai nasib inisiatif “family office” yang telah digagas sejak masa pemerintahan Presiden ke-7, Joko Widodo. Dalam konferensi pers tentang Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026, Airlangga menyampaikan bahwa hingga kini, inisiatif tersebut masih dalam kajian dan belum ada tindak lanjut yang pasti.
Airlangga tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang langkah-langkah yang akan diambil terkait family office. Ia juga enggan menjelaskan apakah ada petunjuk langsung dari Presiden Prabowo Subianto mengenai proyek tersebut, yang menjadi perhatian banyak pihak.
Dalam konteks ini, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, sebelumnya mengklaim bahwa proses pembentukan family office masih berlangsung meskipun ada peralihan rezim pemerintahan. Ia berharap bahwa ini dapat diselesaikan dalam waktu dekat, kemungkinan pada tahun ini.
Perkembangan family office dalam konteks ekonomi Indonesia
Masyarakat mulai menaruh perhatian pada family office sebagai salah satu strategi investasi yang menarik. Konsep ini telah diterapkan di berbagai negara maju, termasuk Singapura dan Hong Kong, yang menunjukkan hasil yang positif. Dengan menggandeng model ini, diharapkan perekonomian Indonesia bisa mengalami dampak yang signifikan.
Luhut menekankan perlunya model family office untuk menarik investasi asing ke Indonesia. Ia menyatakan bahwa pembentukan struktur ini memiliki potensi untuk membawa masuk modal yang sangat besar, bahkan mencapai angka fantastis seperti yang pernah diproyeksikan, yakni US$500 miliar.
Namun, tantangan tetap ada. Proses birokrasi dan perizinan seringkali menjadi penghambat bagi investor. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengambil langkah strategis untuk mempermudah proses ini agar family office bisa beroperasi secara efektif dan efisien.
Model family office sebagai referensi investasi
Dalam pembahasannya, Luhut mengungkapkan bahwa beberapa negara telah berhasil mengembangkan model family office yang bisa menjadi acuan bagi Indonesia. Negara-negara seperti Abu Dhabi telah menunjukkan bagaimana family office dapat memperkuat ekonomi dan meningkatkan daya saing di pasar global.
Penting bagi Indonesia untuk belajar dari praktik terbaik ini dan mengadaptasinya dalam konteks lokal. Fokus utama dari family office adalah bukan hanya menarik investasi, tetapi juga mengelola kekayaan secara berkelanjutan dalam jangka panjang.
Keberhasilan penerapan family office di Indonesia bisa membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif. Dengan kabinet baru yang dilantik, ada harapan baru untuk realisasi program ini dan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Implikasi bagi perekonomian dan masa depan investasi
Pembentukan family office, jika diterapkan dengan baik, diharapkan dapat memberikan dampak positif pada perekonomian nasional. Ini termasuk penciptaan lapangan kerja dan perbaikan infrastruktur, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu, keberhasilan program ini menjadi sangat penting.
Seiring dengan pergeseran global dalam cara investasi dikelola, Indonesia berpotensi menjadi pemain utama di kawasan ASEAN. Dengan komitmen pemerintah yang kuat dan dukungan dari berbagai pihak, masa depan family office di Indonesia tampak cerah.
Para pemangku kepentingan perlu bersinergi untuk menyukseskan inisiatif ini. Dengan langkah-langkah konkret dan kebijakan yang mendukung, Indonesia bisa dengan mudah menarik investasi, termasuk dari family office, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.