Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, telah mengungkapkan bahwa kondisi tinggi muka air banjir di beberapa titik Semarang Raya, Jawa Tengah, mulai menunjukkan penurunan. Namun, saat ini masih ada 13 kelurahan yang tetap terendam banjir menurut laporan terbaru, yang menjadi perhatian serius bagi pihak berwenang.
Abdul menjelaskan bahwa di wilayah permukiman, genangan air masih terpantau di 13 kelurahan yang ada dalam lingkup Kecamatan Genuk. Meskipun elevasi air sudah lebih rendah daripada kolam retensi Terboyo Wetan, aktivitas pemompaan masih terus berjalan untuk mencegah penumpukan air lebih lanjut.
Hasil pantauan dari tim BNPB dan Balai Besar Wilayah Sungai menunjukkan bahwa Jalan Raya Kaligawe mulai surut dan sudah dapat dilalui oleh kendaraan roda dua. Ini menjadi tanda positif bagi masyarakat setempat, meskipun ada imbauan untuk tetap berhati-hati saat melintasi jalur tersebut.
Situasi Terbaru Terkait Banjir di Semarang Raya
Dalam keterangannya, Abdul mengungkapkan bahwa kolam retensi Terboyo, yang berfungsi sebagai penampung pembuangan air, telah mengalami penurunan tinggi muka air hingga 65 sentimeter setelah lebih dari lima hari pompanisasi dilakukan. Proses ini melibatkan pemompaan yang intensif dan pengawasan yang ketat.
This effort is further supported by the operations of BBWS and BNPB, which are actively managing the exit channels for draining water to prevent further flooding. Pengoperasian pompa dari BNPB dan pelebaran jalur air ke Laut Jawa berkontribusi pada pengurangan tinggi muka air, menciptakan kondisi yang lebih aman bagi masyarakat.
Tren penurunan tinggi muka air tersebut juga dipengaruhi oleh faktor cuaca. Selama beberapa hari terakhir, curah hujan di wilayah Semarang mengalami penurunan hingga 70 persen, berkat intervensi modifikasi cuaca yang dilaksanakan oleh BNPB.
Operasi Modifikasi Cuaca dan Dampaknya
Hari ini, kegiatan modifikasi cuaca sudah memasuki hari kedelapan. BNPN telah melakukan penyebaran bahan semai seperti Natrium Klorida dan Kalsium Oksida, yang bertujuan untuk mengurangi pembentukan awan hujan, sehingga diharapkan dapat mengurangi curah hujan di wilayah hulu sungai.
Penyebaran bahan kimia ini ditujukan untuk menurunkan intensitas hujan yang bisa berpotensi meningkatkan risiko banjir di waduk, embung, dan sungai dengan batas elevasi yang aman. Tindakan ini sangat penting untuk mengoptimalkan penanganan banjir di daerah yang terdampak.
Selain itu, BNPB juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk melakukan penguatan tanggul dan penanganan lainnya. Tujuannya adalah agar seluruh langkah mitigasi bencana dapat berjalan dengan efektif dan meminimalkan risiko banjir di masa depan.
Pentingnya Kesadaran Lingkungan di Tengah Bencana
Walaupun hujan telah menurun, BNPB mengingatkan kepada masyarakat untuk tetap waspada dan menjaga lingkungan. Mereka mendorong warga agar tidak membuang sampah sembarangan di sungai atau saluran air, yang dapat menyebabkan penyumbatan dan menambah risiko banjir di masa mendatang.
Pemerintah daerah juga diminta untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana alam. Bentuknya bisa berupa edukasi terkait mitigasi bencana, normalisasi selokan permukiman, dan penambahan ruang resapan air yang mungkin terdegenerasi.
BNPB mengingatkan bahwa banjir di Semarang Raya bukan hanya masalah genangan air semata. Berbagai faktor, mulai dari tata ruang yang tidak memadai hingga koordinasi penanganan bencana yang belum sepenuhnya terintegrasi, menjadi penyebab utama mengapa banjir di kota ini sulit untuk diatasi.











