Indonesia telah menjadi salah satu negara yang rutin mengirimkan film untuk seleksi masuk dalam kategori Best International Feature Film di Academy Awards, alias Piala Oscar, sejak tahun 1987. Meskipun demikian, setiap upaya untuk meraih kesuksesan di ajang bergengsi ini tak pernah melangkah lebih jauh dari tahap awal, menjadi tantangan tersendiri bagi perfilman nasional.
Tahun ini, Komite Seleksi Oscar Indonesia (IOSC) kembali mengirim satu film untuk kali ke-27. Film berjudul Sore: Istri dari Masa Depan terpilih dan diharapkan mampu berbicara banyak di kancah internasional, khususnya di Amerika Serikat.
Sore telah menunjukkan potensi sebagai primadona di bioskop, tercatat tiga juta penonton menontonnya. Keberhasilan tersebut menjadi bukti nyata bahwa film ini mendapat respon positif dari penonton, yang juga terlihat melalui komentar hangat di media sosial.
Meskipun begitu, euforia di dalam negeri saja tidak cukup untuk memastikan langkah Indonesia di Piala Oscar. Film yang akan diwakilkan harus melewati berbagai strategi dan persiapan matang agar mampu bersaing dengan film-film dari negara lain.
Menggali Penyebab Ketidakberhasilan Film Indonesia di Oscar
Sejak lama, pencapaian Indonesia di Piala Oscar belum menunjukkan perubahan signifikan. Terlepas dari upaya dan kualitas film yang diusung, perlu ada strategi yang lebih komprehensif yang dirancang oleh komite seleksi. Pihak yang berwenang harus lebih aktif dalam merancang suatu rencana yang lebih terbuka.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hikmat Darmawan, sebuah lembaga yang fokus pada kajian film, ternyata panitia seleksi Oscar Indonesia sering kali berjalan sendiri tanpa melibatkan banyak pihak. Hal ini mengakibatkan kurangnya dukungan strategis yang bisa meningkatkan peluang film Indonesia untuk bersaing di pasar internasional.
Dia menekankan pentingnya memiliki strategi nasional yang jelas, baik itu untuk milik filmnya maupun untuk kebudayaannya. Ketiadaan strategi yang terpadu hanya akan membuang kesempatan yang ada untuk meraih perhatian di ajang bergengsi ini.
Sebagai contoh, negara lain seperti Korea Selatan dan Thailand telah berhasil menarik perhatian publik dan juri Oscar dengan pendekatan terencana. Mereka mampu mengolah strategi yang baik sehingga film mereka dapat bersaing di tingkat internasional.
Strategi Jangka Panjang untuk Meningkatkan Capaian Indonesia di Piala Oscar
Menurunkan target jangka panjang menjadi program tahunan sangat penting untuk menghasilkan film yang diperhatikan di tingkat global. Hal ini dianggap sebagai langkah awal untuk menjadikan film Indonesia lebih relevan dan menarik bagi juri Oscar.
Hikmat menyarankan agar proses pemilihan kandidat delegasi Indonesia dimulai sejak awal pengembangan proyek. Dengan demikian, film yang menjadi calon wakil bisa dipantau secara berkesinambungan hingga tayang di festival film internasional.
Melalui pendekatan ini, sebuah film dapat dimonitor pada tahap-tahap awal, sehingga dapat diperoleh informasi yang lebih baik mengenai potensi film tersebut untuk mencapai kesuksesan di luar negeri. Hal ini akan menciptakan peluang lebih besar untuk mengantarkan film ke Piala Oscar.
Dalam implementasinya, pendekatan seperti ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah. Penguatan ekosistem perfilman nasional menjadi faktor penting yang akan membantu sineas Indonesia untuk bersaing di kancah internasional.
Menyusun Strategi Kampanye untuk Film Delegasi Indonesia
Setelah film terpilih, persiapan untuk kampanye juga sangat penting. Pada fase ini, film delegasi akan bersaing dengan film-film berkualitas dari negara lain, sehingga perencanaan dan strategi sederhana tidak boleh dianggap remeh.
Indonesia dapat belajar dari pengalaman negara lain yang berhasil dengan pendekatan kampanye yang efisien, seperti film Parasite dari Korea Selatan. Film ini mengandalkan kampanye yang agresif untuk meningkatkan visibilitasnya di kalangan pemilih Oscar.
Kampanye yang dilakukan dapat melibatkan berbagai kegiatan, termasuk penayangan spesial, interaksi dengan penonton, dan eksposur melalui media sosial. Hal ini memungkinkan film untuk menjangkau audiens yang lebih luas, serta menciptakan buzz yang memengaruhi pilihan juri Oscar.
Dengan memanfaatkan testimoni positif dari penonton, film dapat menjadi viral di kalangan masyarakat, yang pada gilirannya meningkatkan peluang untuk mendapatkan dukungan lebih banyak.
Strategi semacam ini sudah terbukti efektif dalam konteks film Thailand, yang mengandalkan kekuatan komunitas penggemar filmnya untuk mendukung film yang mewakili mereka di Piala Oscar.











