Fenomena Gerhana Bulan, yang sering kali dipandang sebagai peristiwa langit yang menakjubkan, akan terjadi pada bulan September 2025. Acara ini bukan hanya menciptakan keindahan visual tetapi juga memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan, terutama mengenai kondisi pasang surut laut di wilayah pesisir Nusa Tenggara Barat (NTB).
Kepala Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid (ZAM) Satria Topan Primadi mengeluarkan peringatan mengenai potensi terjadinya banjir rob di pesisir Lombok dan Bima. Peringatan ini berlaku dari 7 hingga 13 September 2025, dan warga diimbau untuk tetap waspada terhadap kondisi tersebut.
Salah satu dampak dari gerhana bulan ini adalah perubahan gravitasi yang mempengaruhi pasang surut air laut. Peringatan dini ini bertujuan untuk membantu masyarakat dalam mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan bencana yang disebabkan oleh pasang laut maksimum.
Mengapa Gerhana Bulan Memengaruhi Pasang Laut?
Gerhana bulan terjadi ketika Bumi berada antara matahari dan bulan, sehingga menyebabkan bulan tertutup bayangan Bumi. Peristiwa ini dapat mempengaruhi gaya gravitasi yang bekerja pada permukaan laut, mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang dan potensi banjir rob.
Saat purnama terjadi, posisi bulan berada pada titik terdekat dengan Bumi, sehingga memicu pasang maksimum. Dalam konteks ini, pola cuaca dan kondisi atmosfer juga berperan penting dalam menentukan tinggi gelombang di laut.
Penting bagi masyarakat pesisir untuk memahami hubungan antara fenomena astronomi dan dampaknya pada lingkungan. Dengan pengetahuan ini, mereka dapat mengambil langkah-langkah preventif yang diperlukan untuk melindungi diri dan properti.
Prakiraan Cuaca dan Tinggi Gelombang di NTB
Berdasarkan laporan dari BMKG, prakiraan cuaca menjelang gerhana bulan menunjukkan arah angin datang dari tenggara hingga selatan. Kecepatan angin diperkirakan berkisar antara 5 hingga 20 knots, yang dapat berkontribusi terhadap tinggi gelombang di laut.
Dari data yang diperoleh, tinggi gelombang laut di perairan sekitar Lombok diperkirakan mencapai 4 hingga 6 meter. Sementara itu, waktu pasang laut maksimal berlangsung antara pukul 01.00 hingga 12.00 WITA.
Di wilayah Sape, Kabupaten Bima, kondisi cuaca menunjukkan bahwa angin bertiup dengan kecepatan serupa, dan tinggi gelombang di laut berada dalam kisaran 1,25 hingga 2,5 meter. Dengan waktu pasang yang berlangsung hingga pukul 14.00 WITA, warga di disarankan untuk mengambil tindakan pencegahan.
Wilayah yang Berpotensi Terkena Dampak Banjir Rob
Beberapa daerah di Pulau Lombok, seperti Ampenan, Sekarbela, dan Gerung, menjadi wilayah yang berpotensi mengalami banjir rob. Ketegangan antara fenomena alam ini dan kondisi geografis wilayah pesisir meningkatkan risiko bencana bagi penduduk setempat.
Selain itu, Pulau Sumbawa juga akan merasakan dampak serupa. Wilayah-wilayah seperti Labuhan Badas, Woha, dan Sape termasuk ke dalam daftar daerah yang perlu siaga terhadap kemungkinan banjir akibat pasang laut.
Oleh karena itu, meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang ancaman ini menjadi sangat penting. Diskusi dan pelatihan tentang keamanan di daerah pesisir harus dilakukan secara berkala untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi kemungkinan bencana.