Di tengah gelombang kasus chikungunya yang meningkat, Otoritas Penyakit Menular Singapura (CDA) memperingatkan bahwa negara tersebut menghadapi risiko penularan yang signifikan. Lonjakan ini disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi dan peningkatan jumlah pelancong dari wilayah terdampak.
Asosiasi kesehatan mencatat bahwa hingga 2 Agustus 2025, telah tercatat 17 kasus chikungunya, angka ini lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Dari total 16 kasus hingga akhir Juli, sejumlah besar kasus berasal dari luar negeri, menunjukkan pentingnya memonitor perjalanan internasional.
Meskipun jumlah kasus saat ini belum mencapai level kritis seperti pada tahun-tahun sebelumnya, CDA menegaskan perlunya kewaspadaan yang tinggi. Mereka siap untuk mempertimbangkan langkah-langkah kesehatan masyarakat tambahan jika diperlukan.
Otoritas Kesehatan Menyikapi Lonjakan Kasus Penyakit
Badan Lingkungan Nasional (NEA) mengumumkan bahwa mereka akan meningkatkan aktivitas pengendalian vektor saat kasus chikungunya dilaporkan. Inspeksi di seluruh area yang dicurigai menjadi sarang nyamuk akan dilakukan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Saat ini, terdapat sekitar 72.000 alat pemantau populasi nyamuk Aedes terpasang di kawasan pemukiman. Upaya ini diharapkan mampu memonitor dan mengurangi jumlah nyamuk yang berpotensi menularkan virus.
Gejala chikungunya, yang mirip dengan demam berdarah, termasuk demam tinggi, nyeri sendi, ruam, dan sakit kepala. Namun, perlu dicatat bahwa nyeri sendi akibat chikungunya dapat bertahan lebih lama dibandingkan gejala demam berdarah.
Perbandingan dengan Penyakit Lain dan Dampaknya
Walaupun chikungunya tidak seberbahaya dengue, penyakit ini tetap bisa menimbulkan dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup. Menurut para ahli kesehatan, meskipun tidak berpotensi fatal, gejala chikungunya sering kali sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Lonjakan kasus yang terjadi di Singapura saat ini diyakini berkaitan dengan situasi epidemiologis di negara lain, terutama Sri Lanka dan China. Di China saja, lebih dari 7.000 kasus dilaporkan, menunjukkan peningkatan yang mencolok.
Pemerintah AS pun tidak tinggal diam; mereka mengeluarkan peringatan perjalanan untuk beberapa daerah yang terdampak. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya situasi yang sedang berlangsung dan perlunya perhatian dari otoritas kesehatan global.
Pencegahan Penyebaran Virus Chikungunya di Masyarakat
Hingga saat ini, belum ada vaksin chikungunya yang tersedia di Singapura, meskipun beberapa negara lain telah menyetujui vaksin tersebut. Pakar kesehatan menyarankan agar pemerintah terus memantau perkembangan data keamanan vaksin sebelum memperluas distribusi.
Sementara itu, pencegahan terbaik adalah menjaga diri dari gigitan nyamuk. CDA merekomendasikan penggunaan losion anti-nyamuk dan mengenakan pakaian yang menutupi tubuh terutama saat pagi dan sore hari.
Bagi para pelancong, CDA menganjurkan untuk selalu melindungi diri serta menginap di tempat yang memiliki perlindungan terhadap serangga. Mereka juga harus segera mencari pertolongan medis jika merasa tidak sehat setelah bepergian.