Indonesia baru-baru ini mendapat pengakuan sebagai negara dengan tingkat kebahagiaan tertinggi di dunia. Ini merupakan hasil dari penelitian Global Flourishing Study yang melibatkan lebih dari 200 ribu responden di berbagai negara. Penelitian ini menunjukkan bahwa kebahagiaan masyarakat tidak hanya ditentukan oleh aspek ekonomi, melainkan juga faktor sosial dan spiritual yang kuat.
Dalam pernyataannya, Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ali Ghufron Mukti, menekankan bahwa Indonesia mengalahkan negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang. Ini menandakan bahwa kebahagiaan yang sejati tidak semata-mata terukur dari Produk Domestik Bruto (GDP), tetapi juga dari hubungan antarmasyarakat.
Ghufron menjelaskan bahwa rasa gotong royong dan saling peduli adalah kunci utama kebahagiaan masyarakat Indonesia. Prinsip ini, menurutnya, sangat berbeda dengan negara lain di mana individu sering kali harus menghadapi kesulitan hidup tanpa dukungan komunitas.
Meneliti Masalah Kebahagiaan Melalui Global Flourishing Study
Global Flourishing Study (GFS) merupakan hasil kolaborasi vital antara Universitas Harvard, Universitas Baylor, dan Gallup. Penelitian ini dirancang untuk menyelidiki apa yang sebenarnya membuat kehidupan menjadi bahagia dan bermakna bagi individu. Metode survei yang digunakan sangat mendalam, mencakup berbagai aspek hidup, seperti kesehatan fisik, hubungan sosial, dan makna hidup.
Sebagai bagian dari penelitian, responden ditanya tentang berbagai dimensi kehidupan mereka yang berkaitan dengan kebahagiaan. Tidak hanya sekadar kesejahteraan finansial, tetapi juga kesehatan mental dan spiritual, serta hubungan dengan orang lain.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa Indonesia berada di posisi teratas, diikuti oleh negara-negara seperti Israel dan Filipina. Di sisi lain, beberapa negara maju, termasuk Jepang dan Inggris, justru berada di posisi terbawah, menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana definisi kebahagiaan diukur di berbagai tempat.
Perbandingan dengan Laporan Kebahagiaan Dunia
Temuan dari GFS sangat kontras dengan laporan Kebahagiaan Dunia yang sering dijadikan rujukan. Laporan tersebut lebih berfokus pada kepuasan hidup secara finansial, padahal indikator kebahagiaan jauh lebih kompleks dan meliputi banyak aspek. Peneliti Tyler VanderWeele menjelaskan bahwa meskipun negara kaya memiliki keunggulan dalam aspek finansial, mereka sering kali kurang dalam hal makna hidup dan hubungan sosial yang erat.
Menurut VanderWeele, aspek kebahagiaan yang sering terabaikan adalah pentingnya pernikahan yang stabil dan keterlibatan dalam komunitas. Penelitian GFS menemukan bahwa faktor-faktor seperti pendidikan tinggi dan komunitas keagamaan juga memberikan kontribusi signifikan terhadap kebahagiaan masyarakat.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang memiliki jaringan sosial yang kuat dan relasi positif cenderung merasakan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi. Dengan kata lain, dukungan sosial berperan penting dalam menjamin kebahagiaan individu.
Membangun Kebahagiaan Melalui Gotong Royong
Salah satu aspek unik dari masyarakat Indonesia adalah nilai gotong royong yang dipegang kuat. Nilai ini mencerminkan budaya saling membantu dan mendukung antar individu dalam berbagai aspek kehidupan. Ketika seseorang menghadapi kesulitan, biasanya ada banyak orang di sekelilingnya yang siap membantu tanpa pamrih.
Ghufron menggarisbawahi bahwa bentuk perhatian seperti ini tidak dimiliki oleh semua negara. Di negara lain, individu sering kali harus menanggung beban masalahnya sendiri, yang berpotensi menurunkan tingkat kebahagiaan. Dengan gotong royong, masyarakat Indonesia bersatu untuk membangun ikatan sosial yang lebih kuat.
Konsep gotong royong juga dapat mendorong kolaborasi dalam banyak sektor, mulai dari ekonomi hingga kesehatan. Ketika setiap individu merasa memiliki peran dan tanggung jawab terhadap orang lain, maka kebahagiaan kolektif akan meningkat.
Implikasi Kebahagiaan bagi Pembangunan Sosial di Indonesia
Dari aspek sosial, pengakuan Indonesia sebagai negara dengan tingkat kebahagiaan tinggi memiliki implikasi besar bagi pembangunan sosial. Kebahagiaan dapat menjadi indikator yang penting untuk mengukur keberhasilan program-program sosial. Dengan memfokuskan perhatian pada kesejahteraan masyarakat, pemerintah dan lembaga terkait dapat merancang kebijakan yang lebih efektif.
Strategi pembangunan harus memprioritaskan aspek-aspek yang meningkatkan aspek sosial dan spiritual masyarakat. Ini bisa meliputi peningkatan kualitas pendidikan, dukungan terhadap komunitas, serta pengembangan kegiatan sosial yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.
Jika semua elemen tersebut berjalan dengan baik, bukan tidak mungkin Indonesia akan terus mempertahankan posisinya sebagai negara yang bahagia. Membangun kebahagiaan dari tingkat akar rumput hingga ke tingkat kebijakan publik adalah kunci untuk promosi nilai-nilai positif di masyarakat.











