Patahan Sesar Lembang semakin menjadi sorotan dalam beberapa waktu belakangan, menyusul serangkaian gempa yang mengkhawatirkan di sekitarnya. Sesar ini membentang sepanjang 29 kilometer, mulai dari Cilengkrang di Kabupaten Bandung hingga Padalarang di Kabupaten Bandung Barat, dan potensi bahayanya mendorong masyarakat dan pemerintah untuk lebih waspada.
Pemerintah Kota Bandung telah mempersiapkan enam titik lokasi evakuasi untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya gempa besar. Lokasi-lokasi tersebut meliputi Taman Tegalega, Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Gasibu, Alun-Alun Kota Bandung, Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), serta Lapangan Olahraga Arcamanik, demi keselamatan masyarakat setempat.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, menjelaskan bahwa dampak dari gempa bisa meluas dan berpengaruh terhadap infrastruktur, ekonomi, hingga kehidupan sosial masyarakat. Oleh karena itu, fokus kebijakan mereka saat ini lebih kepada upaya preventif dan kesiapsiagaan, bukan sekadar responsif.
Menanggapi Ancaman Sesar Lembang Secara Serius
Mudrik Rahmawan Daryono, seorang peneliti gempa bumi di Badan Riset dan Inovasi Nasional, memperingatkan bahwa pergerakan Sesar Lembang mampu menghasilkan gempa dengan magnitudo hingga 7. Dalam skenario yang disimulasikan oleh badan meteorologi, gempa ini bisa terjadi dengan intensitas yang sangat merusak.
Menurut Mudrik, aktivitas gempa akibat Sesar Lembang terpantau dari bulan Juni hingga Agustus 2025, dengan magnitudo yang terukur selama periode tersebut tidak lebih dari 3. Meskipun demikian, ada potensi untuk terjadinya gempa yang lebih besar, sehingga masyarakat perlu tetap waspada.
Selain itu, Mudrik menyatakan bahwa saat ini terdapat aktivitas gempa kecil yang terjadi di sekitar kilometer 6 di Ngamprah. Sebagai seorang ilmuwan, ia mengingatkan bahwa meskipun belum ada kepastian terkait kemungkinan gempa besar, masyarakat harus bersiap menghadapi skenario terburuk.
Perkembangan Gempa di Wilayah Jabar dan Sekitarnya
Pekan lalu, kegiatan seismik yang cukup signifikan terjadi di sekitar Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, dengan gempa dangkal berkekuatan M1,8 pada tanggal 14 Agustus. BMKG memberikan perhatian ekstra pada Sesar Lembang, menekankan bahwa patahan ini adalah jenis yang perlu diwaspadai.
Tak hanya itu, pada tanggal 20 Agustus, wilayah lain di Jawa Barat juga merasakan gempa dengan kekuatan M4,9 yang berpusat di Kabupaten Bekasi. Pusat gempa ini terletak di darat, berjarak 19 kilometer tenggara Kabupaten Bekasi, pada kedalaman 10 kilometer.
BMKG menjelaskan bahwa gempa dangkal ini disebabkan oleh aktivitas sesar naik busur belakang Jawa Barat. Setelahnya, terjadi dua gempa susulan dengan magnitudo 2,1 dan 2,0 yang menunjukkan aktivitas seismik yang cukup dinamis di wilayah ini.
Pentingnya Kesiapsiagaan Menghadapi Gempa
Menurut Mudrik, Sesar Lembang perlu mendapat perhatian serius karena berada dalam siklus pelepasan energi. Berdasarkan penelitian geologis, siklus gempa Sesar Lembang berkisar antara 170 hingga 670 tahun.
Gempa besar terakhir terjadi pada abad ke-15, dan saat ini sudah lebih dari 560 tahun sejak peristiwa tersebut. Ini menunjukkan bahwa kita berada di ambang siklus ulang gempa besar yang bisa terjadi kapan saja, baik sekarang maupun dalam seratus tahun ke depan.
Dalam konteks ini, Mudrik menyarankan agar masyarakat selalu siaga dan siap melindungi diri dan keluarga dari ancaman gempa. Informasi mengenai potensi gempa dan langkah-langkah evakuasi harus terus disebarluaskan agar semua orang lebih paham dan siap menghadapi kemungkinan bencana.