Setiap tanggal 27 Oktober, Indonesia merayakan Hari Penerbangan Nasional sebagai bentuk penghormatan bagi para penerbang yang berjuang demi kemerdekaan. Perayaan ini tidak hanya menjadi momen untuk mengenang sejarah, tetapi juga membuka wawasan tentang kontribusi para pionir penerbangan Tanah Air yang tidak jarang terlupakan.
Di antara banyak tokoh yang berperan penting dalam dunia penerbangan Indonesia, sosok Jacobs Johannes patut mendapat perhatian lebih. Ia adalah penerbang pertama yang berasal dari Indonesia, menandai tonggak bersejarah bagi bangsa ini dengan prestasinya yang menginspirasi generasi selanjutnya.
Lahir di Ambon pada tahun 1901, Jacobs mengecap pendidikan di Sekolah Pelayaran Kweekschool voor Inlandsche Schepelingen. Sekolah ini, setara dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) saat ini, memberinya pondasi yang kuat untuk menjalani karier yang tidak biasa dalam bidang penerbangan di masa yang penuh tantangan.
Setelah menyelesaikan pendidikan, Jacobs bergabung dengan Angkatan Laut Kerajaan Belanda sebagai juru tulis. Namun, karirnya di Angkatan Laut tidak lahir dari kenyamanan, karena pada saat itu peluang bagi pribumi untuk menjadi penerbang sangat terbatas, dan mereka sering kali ditempatkan di posisi non-pilot.
Keterbatasan Akses di Masa Kolonial
Peluang untuk menjadi penerbang bagi orang Indonesia pada era Hindia Belanda sangat minim. Pendidikan penerbangan pada masa itu mahal dan diakses dengan penghalang administratif yang ketat. Bagi banyak pribumi, posisi yang paling mungkin dicapai adalah sebagai tenaga teknis, sedangkan peluang untuk menerbangkan pesawat, atau bahkan mengendalikan penerbangan, hampir tidak ada.
Dalam buku “Awal Kedirgantaraan di Indonesia: Perjuangan AURI 1945-1950,” dijelaskan bahwa beberapa penerbang pribumi, seperti Wardiman Wiryosaputro, mampu menyaksikan pilot-pilot Belanda tetapi tidak diperbolehkan untuk menerbangkan pesawat. Ini adalah gambaran nyata dari diskriminasi yang dialami oleh masyarakat lokal di bidang penerbangan.
Namun, ketika Angkatan Laut membuka kesempatan pada tahun 1925 untuk pemuda Indonesia belajar terbang melalui Marine Luchtvaart Dienst (MLD), Jacobs tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia mendaftar meski mengetahui seleksi yang ketat menantinya dan akhirnya berhasil diterima untuk mengikuti pelatihan di Surabaya.
Proses pelatihan tidak bebas dari rintangan. Jacobs mengalami kecelakaan saat latihan pendaratan yang membuatnya menderita luka serius. Namun, semangatnya tidak surut. Ia kembali bangkit untuk melanjutkan pelatihan hingga berhasil menerbangkan pesawatnya sendiri.
Menjadi Pilot Pertama Indonesia
Dua tahun setelah pelatihan, Jacobs meraih lisensi penerbangan dari Angkatan Laut, menjadi yang pertama dari bangsa Indonesia yang secara legal menerbangkan pesawat. Tidak hanya menjadi pilot, dia menerbangkan jet tempur, suatu pencapaian yang mengubah pandangan banyak orang tentang kemampuan penerbang lokal.
“Sekarang bumiputra tidak saja turut terbang, tetapi telah turut memegang setir di udara,” demikian ungkapan yang mencerminkan pencapaian Jacobs. Kata-kata ini menggambarkan dengan tepat bagaimana upaya dan ketekunannya mulai merubah wajah penerbangan di Indonesia.
Meski prestasi tersebut menjadi tonggak yang signifikan dalam sejarah penerbangan, perjalanan Jacobs selanjutnya tidak banyak tercatat. Hal ini bisa jadi karena minimnya dokumentasi yang ada di periode tersebut. Walaupun demikian, jejak langkahnya tetap menjadi contoh bagi generasi penerus yang ingin mengejar karier di bidang penerbangan.
Pada saat Perang Dunia II, iklim penerbangan di Indonesia semakin terbuka. Hal ini menciptakan peluang bagi generasi baru penerbang yang kelak menjadi legenda, seperti Abdul Halim Perdanakusuma, yang diangkat sebagai Pahlawan Nasional dan memiliki nama abadi di salah satu bandar udara di Jakarta.
Warisan dan Pengaruh bagi Penerbang Muda
Dari kisah Jacobs Johannes, kita belajar tentang betapa ketekunan dan kerja keras bisa mengubah situasi, meski dalam kondisi yang tampaknya mustahil. Keterbatasan yang ia hadapi tidak menghentikannya untuk bahu-membahu meraih impian yang lebih besar.
Warisan yang ditinggalkan Jacobs menjadi sumber inspirasi bagi banyak penerbang muda Indonesia yang berambisi menembus batas langit. Mereka kini memiliki lebih banyak akses untuk pendidikan dan pelatihan penerbangan yang lebih baik dibandingkan zaman dulu.
Setiap tahun, Hari Penerbangan Nasional seharusnya menjadi momen refleksi untuk menghargai kontribusi Jacobs dan penerbang lainnya yang telah membuka jalan bagi kemajuan penerbangan di negeri ini. Tanpa perjuangan mereka, mungkin kita tidak akan melihat banyak penerbang berbakat yang ada saat ini.
Ketika kita menyaksikan kemajuan teknologi dan inovasi di bidang penerbangan, kita tidak boleh melupakan sejarah dan pengorbanan para pendahulu. Dengan mengenang sasaran tujuan dan perjuangan Jacobs, kita seharusnya lebih termotivasi untuk meneruskan apa yang telah mereka mulai.










