Presiden Prabowo Subianto mengutus Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni dan Utusan Khusus Presiden Hashim Djojohadikusumo untuk mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim (COP30) di Belém, Brasil. Dalam forum tersebut, Raja Juli menegaskan bahwa Indonesia akan menyampaikan komitmen yang kuat terhadap aksi iklim, transisi energi, serta target FOLU Net Sink 2030.
“Pesan utama yang akan dibawa ke COP30 adalah pentingnya pengelolaan hutan tropis sebagai aset global dengan cara yang adil dan berkelanjutan,” ujarnya saat konferensi pers di Kompleks Istana Kepresidenan. Dengan fokus pada isu ini, Indonesia berharap dapat memengaruhi kebijakan internasional mengenai perubahan iklim.
Kegiatan di COP30 tidak hanya menjadi ajang untuk mempresentasikan komitmen Indonesia, tetapi juga untuk memperkuat kerjasama internasional. Ini termasuk langkah-langkah konkret dalam menciptakan masa depan yang berkelanjutan untuk generasi mendatang.
Rencana Aksi Indonesia dalam COP30 dan Forum Lainnya
Raja Juli juga mengatakan bahwa isu yang diangkat di COP30 akan berlanjut dalam forum Business Roundtable yang diadakan oleh International Emissions Trading Association (IETA) di Sao Paulo. Diskusi ini diharapkan mendorong pertukaran ide serta inovasi dalam mekanisme pasar karbon.
Selain itu, pertemuan tersebut akan diisi dengan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kementerian Kehutanan dan Integrity Council for the Voluntary Carbon Market. Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi serta kredibilitas mekanisme pasar karbon di Indonesia.
Partisipasi Indonesia dalam acara-acara internasional ini merupakan bagian dari upaya untuk memastikan bahwa suara negara berkembang didengar di kancah global. Dengan demikian, negara-negara ini bisa berperan serta aktif dalam solusi perubahan iklim.
Keterlibatan dalam Forum Global tentang Lingkungan dan Satwa Liar
Raja Juli juga menyampaikan bahwa Indonesia diundang oleh The Royal Foundation of The Prince and Princess of Wales untuk menghadiri United for Wildlife Global Summit & High-Level Ministerial Roundtable pada 4 November di Rio de Janeiro. Acara ini akan membahas langkah bersama untuk menanggulangi kejahatan lingkungan yang meresahkan.
Pertemuan tersebut akan fokus pada peran masyarakat lokal dalam mengatasi isu penebangan liar, penambangan ilegal, dan perdagangan satwa liar. “Masyarakat lokal merupakan pihak yang paling terdampak oleh tindakan-tindakan itu,” tambahnya.
Kehadiran Indonesia di forum ini merupakan langkah yang menunjukkan komitmen dalam melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistem. Hal ini juga menunjukkan pentingnya kolaborasi antar negara untuk mencapai tujuan yang sama.
Permintaan Maaf Presiden kepada Pemimpin Brasil
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan permintaan maaf secara langsung kepada Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva karena tidak dapat hadir di COP30. Meski secara fisik tidak hadir, Presiden menegaskan dukungannya terhadap kepemimpinan Brasil di COP30.
“Saya sangat menghargai kepemimpinan Brasil dalam COP30 dan merasa menyesal karena tidak dapat hadir,” ujar Prabowo. Dia memastikan bahwa delegasi yang kuat akan diutus untuk mewakili Indonesia dan menyampaikan program-program yang telah disepakati.
Melalui langkah ini, diharapkan Indonesia dapat terus berkontribusi dalam upaya global untuk mengatasi isu perubahan iklim. Diharapkan kerjasama ini membuahkan hasil yang positif bagi semua pihak.











