Jakarta merupakan pusat ekonomi Indonesia, dan akhir tahun selalu memicu peningkatan tajam dalam permintaan uang tunai. Hal ini terutama disebabkan kebutuhan transaksi masyarakat yang meningkat, termasuk pembayaran bonus natal. Dalam konteks ini, industri perbankan beroperasi dalam suasana penuh tekanan, berjuang untuk memenuhi kebutuhan likuiditas yang melonjak.
Namun di balik kesibukan ini, ada momen bersejarah yang mengguncang dunia perbankan. Tepat pada tanggal 10 Desember 1968, satu peristiwa kriminal legendaris terjadi yang menjadi bahan pembicaraan hingga kini. Kejadian ini bukan hanya mencuri uang, tetapi juga menimbulkan kehebohan dan ketakutan di kalangan masyarakat.
Pada hari itu, Bank Nihon Shintaku berada dalam perlombaan waktu. Pegawai bank tersebut tenggelam dalam kegiatan menghitung dan menyiapkan uang tunai untuk sejumlah perusahaan, termasuk pabrik Toshiba. Uang tunai yang harus digelar mencapai 300 juta yen, yang setara dengan sekitar US$ 10 juta atau Rp166 miliar saat ini.
Awal Terjadinya Kejadian yang Menggemparkan
Saat dini hari, uang tunai tersebut dimuat ke dalam kendaraan pengangkut berpengawalan ketat. Saat mobil melewati jalanan Tokyo, tiba-tiba sebuah sepeda motor polisi mendekati dan menghentikan kendaraan mereka. Petugas polisi yang mengenakan seragam lengkap memberikan isyarat untuk berhenti, membuat petugas bank yang takcuriga menuruti perintah tersebut.
Setelah menepikan kendaraan, petugas bank dihadapkan pada situasi tidak terduga. Polisi tersebut dengan nada panik mengabarkan bahwa rumah manajer cabang bank baru saja mengalami ledakan. Informasi yang mengejutkan ini membuat semua orang di dalam mobil berhamburan keluar, berusaha menjauh dari apa yang mereka kira adalah bom yang terpasang.
Dalam kekalutan itu, sang polisi berpura-pura mencari bom di kolong mobil. Tiba-tiba dari bawah kendaraan muncul asap dan api, memicu ketakutan lebih lanjut di kalangan petugas bank. Mereka beranggapan bahwa ledakan dapat terjadi kapan saja, sehingga semakin menjauh dan mencari tempat aman.
Pencurian yang Cerdik dan Rencana Sang Perampok
Namun, ledakan yang diharapkan tidak pernah terjadi. Setelah asap mulai mereda, para pegawai bank kembali menengok dan menemukan kenyataan mengejutkan. Mobil berisi uang ratusan miliar yang mereka bawa sudah lenyap tanpa jejak, dan sang polisi yang tampak panik ternyata merupakan perampok yang berhasil melarikan diri dengan uang tersebut.
Kekacauan pun terjadi setelah insiden itu. Penyelidikan segera dilaksanakan, dan polisi berupaya mencari petunjuk di lokasi kejadian. Namun berbagai barang yang ditinggalkan pelaku tampaknya dirancang untuk menyulitkan penyelidikan, membuat situasi semakin membingungkan.
Di antara barang yang tergeletak, sebuah sepeda motor ditemukan, namun identitasnya sudah dicopot. Hal ini menambah teka-teki tentang siapa sebenarnya yang berada di balik pencurian cerdik ini. Pelaku tidak hanya menjalankan aksi kriminal yang berani, tetapi juga sangat terencana.
Tantangan Penyelidikan dan Keterbatasan yang Dihadapi Polisi
Identitas pelaku juga sangat samar, membuat upaya penyelidikan menjadi semakin sulit. Polisi kesulitan menentukan apakah sosok yang terlihat adalah polisi sebenarnya atau seorang penyamar. Dengan wajah yang tertutup helm dan tubuh yang terbalut jaket, deskripsi saksi pun tidak membantu karena mirip dengan postur orang Jepang pada umumnya.
Jejak sidik jari yang ditemukan di motor juga sangat minim. Walaupun polisi telah mencocokkannya dengan enam juta data sidik jari, hasilnya nihil. Bahkan sketsa wajah pelaku telah disebar ke seluruh Jepang, namun upaya ini tidak juga membuahkan hasil.
Dalam waktu beberapa tahun, polisi telah menginterogasi berbagai tersangka, tetapi mereka semua memiliki alibi kuat. Ini juga mencakup polisi lain yang berada di lokasi kejadian, yang ternyata juga mempunyai alibi pada waktu insiden berlangsung. Situasi yang rumit ini menambah beban bagi penyelidikan yang semakin tidak berujung.
Misteri yang Belum Terpecahkan Setelah Bertahun-Tahun
Tahun demi tahun berlalu, dan kasus pencurian ini tetap menjadi misteri tanpa resolusi. Tak ada peningkatan transaksi mencurigakan di kalangan masyarakat, yang menunjukkan bahwa para pelaku mungkin telah berhasil menyembunyikan jejak mereka dengan sangat matang. Pihak berwenang terlihat mengalami kebuntuan dalam menemukan tindakan lebih lanjut.
Keberadaan polisi yang terlibat di lokasi kejadian justru menjadi salah satu tantangan besar. Kesulitan dalam mendeteksi pelaku menyebabkan banyaknya spekulasi dan teori yang beredar di masyarakat. Sayangnya, semua teori ini berakhir pada ketiadaan bukti ke arah mana pun.
Akhirnya, hingga saat ini, kasus legendaris yang terjadi 57 tahun lalu tersebut tetap menjadi salah satu misteri terbesar dalam sejarah kriminal Jepang. Tanpa titik terang dan jawaban yang jelas, perampokan ini jauh lebih dari sekadar pencurian uang; itu juga menyisakan pertanyaan besar mengenai keamanan dan ketelitian sistem perbankan yang ada saat itu.











