Ramalan telah menjadi bagian yang menarik dalam perjalanan sejarah umat manusia. Banyak yang menganggapnya sebagai sekadar mitos belaka, sementara sebagian lainnya melihatnya sebagai petunjuk masa depan. Salah satu kisah yang menarik adalah mengenai seorang peramal India yang mengungkapkan sosok pemimpin masa depan Indonesia yang belum banyak diketahui.
Kisah ini bermula di tahun 1965, ketika seorang penjual batu akik datang ke kediaman Siti Hartinah, istri Mayor Jenderal Soeharto. Dalam pertemuan yang tidak terduga ini, sang peramal menyampaikan ramalan yang kemudian menjadi kenyataan. Persis pada saat itu, masa depan Indonesia sedang mengalami ketidakpastian politik yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Setelah menawarkan dagangannya, peramal itu mengungkapkan jati dirinya sebagai seorang peramal. Hartinah, yang awalnya ragu, akhirnya setuju mendengarkan ucapan peramal tersebut. Memang pada awalnya, dia tidak menyangka bahwa ramalan itu akan berdampak besar di masa depan.
Kejadian Penting dalam Sejarah Indonesia di Tahun 1965
Tahun 1965 adalah satu momen krusial dalam sejarah Indonesia. Pada periode ini, negara mengalami ketegangan politik yang memuncak dengan munculnya Gerakan 30 September. Keadaan ini membuka peluang bagi Soeharto untuk mengambil alih kekuasaan yang sebelumnya dipegang oleh Soekarno.
Siti Hartinah menjelaskan bahwa peramal tersebut berhasil menebak banyak hal tentang dirinya dan keluarganya, yang membuatnya merasa terkejut. Pengalamannya bertemu dengan peramal itu menjadi salah satu kenangan yang mendalam, karena dia tidak hanya mendapatkan ramalan, tetapi juga pengakuan atas masa lalunya.
Ramalan peramal itu berisi pernyataan yang sangat mencolok: suami Hartinah akan ‘berdiri sama tinggi, duduk sama rendah’ dengan Presiden kala itu. Ini adalah ungkapan yang sangat berani, mengingat Soeharto saat itu hanyalah seorang perwira TNI yang belum dikenal luas.
Ramalan dan Kejadian Politik yang Mengikuti
Peramal itu memprediksi bahwa Soeharto akan meraih posisi yang sangat tinggi, kendati Hartinah merasa tidak yakin. Dia beranggapan bahwa banyak tokoh lain yang lebih mumpuni dalam memimpin negara. Meskipun ramalan tersebut tampak konyol pada saat itu, waktu membuktikan sebaliknya.
Di tengah kekacauan politik yang melanda, Soeharto akhirnya dapat mengambil alih kursi kepresidenan pada tahun 1968 setelah melalui berbagai liku-liku. Kenyataan ini menjadikan ramalan peramal tersebut sebagai salah satu yang paling diingat dalam sejarah Indonesia.
Setelah menjadi presiden, Soeharto dan Hartinah menjalani masa pemerintahan yang panjang dan penuh tantangan. Selama bertahun-tahun, Hartinah mengaku tidak pernah menemui kembali peramal yang pernah meramalkannya, meskipun dia selalu mengenang pertemuan tersebut.
Pengaruh Ramalan dalam Kehidupan Pribadi dan Politik
Walaupun banyak orang skeptis terhadap ramalan, kejadian nyata dalam hidup Hartinah dan Soeharto menunjukkan bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar kebetulan. Dalam banyak budaya, ramalan dianggap sebagai salah satu cara untuk memahami jalan hidup dan keputusan penting yang harus diambil.
Hartinah merasa bahwa ramalan tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan hidup mereka. Ia menilai pengalaman tersebut tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga refleksi atas jalan yang belum mereka lalui dalam kehidupan politik.
Seperti yang diceritakan Hartinah sendiri, ada keanehan yang mengelilingi kisah ini. Ketika Soeharto akhirnya menjadi Presiden, banyak yang bertanya-tanya tentang prediksi yang telah disampaikan oleh peramal itu. Apakah ramalan tersebut hanya kebetulan atau memang ada kekuatan tak terlihat yang mempengaruhi jalannya sejarah?











