Presiden Amerika Serikat baru-baru ini mengambil langkah signifikan dengan menandatangani perintah eksekutif yang memperpanjang gencatan tarif dengan China selama 90 hari ke depan. Keputusan ini disampaikan oleh Gedung Putih menjelang berakhirnya gencatan tarif pertama yang dijadwalkan pada Selasa (12/8).
Langkah ini merupakan respons terhadap situasi yang terus berkembang dalam hubungan dagang antara kedua negara. Dalam situasi ini, Presiden meminta Beijing untuk meningkatkan pembelian kedelai dari AS, yang menunjukkan keinginan untuk memperkuat hubungan ekonomi di tengah ketegangan yang ada.
“Kita lihat saja nanti,” kata Presiden ketika ditanya tentang kemungkinan perpanjangan batas waktu gencatan tarif ini. Ia menekankan bahwa hubungan antara dirinya dengan Presiden China sangat baik, dan juga menyoroti hasil yang dicapai dalam perundingan dagang mereka.
Perkembangan Terbaru dalam Perundingan Dagang AS dan China
Gencatan tarif antara kedua negara telah menciptakan suasana baru dalam perdagangan, yang sebelumnya sangat tegang. Sebelum perpanjangan ini, gencatan tarif yang ada telah mencegah tarif AS atas barang-barang China melonjak hingga 145 persen, dengan tarif yang ditetapkan oleh China terhadap barang-barang AS bisa mencapai 125 persen.
Saat ini, barang-barang dari China dikenakan tarif 30 persen, terdiri dari tarif dasar 10 persen dan tambahan tarif 20 persen terkait fentanil. Ini adalah hasil dari langkah-langkah yang diambil oleh Washington sejak awal tahun 2025.
Menariknya, China juga menanggapi dengan menurunkan tarif impor dari AS menjadi 10 persen. Ini menunjukkan adanya kesepakatan untuk saling menguntungkan di tengah sengketa dagang yang berlarut-larut.
Bahkan di Tengah Ketegangan, Ada Harapan untuk Kesepakatan
Bulan Mei 2025 menjadi titik awal bagi kedua negara untuk mencapai gencatan tarif setelah berbagai perundingan dilakukan di Jenewa, Swiss. Setelah kesepakatan tersebut, kedua pihak sepakat untuk memberikan waktu 90 hari untuk melanjutkan negosiasi lebih lanjut, yang menunjukkan kesediaan untuk mencari solusi.
Selanjutnya, pertemuan kembali dijadwalkan di Stockholm, Swedia, namun belum ada kesepakatan baru yang diumumkan. Meskipun demikian, ini menunjukkan bahwa kedua negara masih berkomitmen untuk mencari jalan tengah meskipun tantangan yang ada.
Di luar isu tarif, Menteri Keuangan AS menyatakan optimisme terhadap kemungkinan kesepakatan lanjutan yang dapat menguntungkan kedua belah pihak. Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun ada tantangan besar, ada harapan untuk menjalin kerjasama yang lebih baik di masa depan.
Reaksi dan Tantangan dari Para Analis
Namun, para analis memperingatkan bahwa meskipun ada kesepakatan untuk gencatan tarif, masih terdapat tantangan besar yang harus dihadapi. Banyak yang meragukan apakah China akan mampu memenuhi tuntutan untuk membeli lebih banyak kedelai dari AS, terutama mengingat kondisi pasar saat ini.
Trump sendiri tidak mengulangi tuntutan tersebut dalam pernyataan terbarunya, tetapi tekanan dari Washington kepada Beijing untuk menghentikan pembelian minyak dari Rusia juga menjadi sorotan. Ini menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak variabel dalam hubungan dagang selain hanya masalah kedelai.
Dalam konteks ini, banyak yang bertanya-tanya mengenai implementasi sebanyak-banyaknya dari kesepakatan yang telah dicapai. Ketiadaan komentar lebih lanjut dari Gedung Putih setelah pernyataan-pernyataan Trump menunjukkan adanya ketidakpastian di pihak AS sendiri.