Radang tenggorokan sering dianggap sebagai kondisi yang sepele, namun dampaknya bisa sangat serius, terutama bagi anak-anak. Masalah ini tidak hanya menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi juga dapat mengarah pada komplikasi seperti penyakit jantung reumatik jika tidak ditangani dengan segera dan tepat.
Menurut para ahli kesehatan, infeksi yang disebabkan oleh bakteri streptococcus dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Jika gejala tidak ditangani dengan serius, risiko yang dapat muncul sangat mengkhawatirkan, mencakup penyakit yang dapat mengancam jiwa.
Mengapa Radang Tenggorokan Menjadi Masalah Serius pada Anak
Radang tenggorokan yang disebabkan oleh infeksi streptococcus dapat menyebabkan demam rematik dalam waktu satu hingga lima minggu setelah infeksi awal. Hal ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh memberikan reaksi berlebihan terhadap infeksi tersebut, yang dapat menyerang berbagai bagian tubuh, termasuk sendi, kulit, dan terutama jantung.
Ketika infeksi ini mencapai jantung, kondisi tersebut dapat menimbulkan kecacatan pada katup jantung. Jika tidak diobati, komplikasi yang lebih parah seperti gagal jantung dan stroke juga dapat terjadi, yang tentunya mengancam keselamatan jiwa pasien.
Gejala awal yang muncul sering kali tampak sepele, seperti nyeri saat menelan atau demam ringan. Namun, jika tidak ada tindakan medis yang cepat dan tepat, kondisi ini bisa berkembang menjadi masalah yang jauh lebih serius.
Gejala yang Wajib Diketahui Orang Tua
Radang tenggorokan akibat infeksi bakteri biasanya ditandai dengan demam tinggi, nyeri saat menelan, serta bengkak pada amandel. Tanda-tanda ini dapat mengindikasikan bahwa masalah yang dihadapi lebih dari sekadar sakit tenggorokan biasa, sehingga perhatian yang lebih besar dari orang tua sangat penting.
Demam rematik, yang muncul setelah fase awal infeksi, juga memiliki gejala khas yang perlu diperhatikan. Ini termasuk nyeri sendi yang berpindah-pindah, ruam yang berbentuk lingkaran pada kulit, dan gejala jantung seperti sesak napas dan jantung berdebar.
Apabila anak mengalami demam yang tidak kunjung reda, orang tua sebaiknya segera mencari pertolongan medis. Mencegah komplikasi jauh lebih baik dibandingkan mengobati setelah kondisi menjadi parah.
Risiko Penyakit Jantung Reumatik di Indonesia
Di Indonesia, penyakit jantung reumatik masih menjadi masalah kesehatan yang cukup serius. Angka kematian mencapai 4,8 per 100.000 penduduk, lebih tinggi dibandingkan penyakit malaria, yang menunjukkan perlunya perhatian lebih terhadap deteksi dan pengobatan dini.
Berdasarkan data terbaru, hanya 60 persen anak yang terdiagnosis mampu bertahan setelah delapan tahun. Sementara itu, 40 persen lainnya mengalami kerusakan katup jantung yang progresif, sebuah kondisi yang semakin memperburuk kualitas hidup mereka.
Tantangan mendasar dalam penanganan penyakit ini meliputi rendahnya deteksi dini, ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan, serta kurangnya akses terhadap obat-obatan penting seperti Benzatin Penisilin G. Upaya pencegahan perlu ditingkatkan melalui kesadaran dan informasi yang tepat.
Langkah-Langkah Pencegahan yang Efektif
Pencegahan merupakan langkah utama yang harus diambil untuk mengurangi risiko penyakit jantung reumatik. Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan mengobati radang tenggorokan akibat infeksi streptococcus hingga tuntas menggunakan antibiotik sesuai anjuran dokter.
Selain itu, menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan pribadi sangat penting. Mengajarkan anak untuk rutin mencuci tangan, tidak berbagi alat makan, dan menutup mulut ketika batuk atau bersin dapat mengurangi risiko penularan infeksi.
Untuk anak-anak yang telah mengalami demam rematik, tindakan pencegahan sekunder sangat diperlukan. Suntikan Benzatin Penisilin G secara rutin harus diberikan hingga usia 21 tahun, tergantung pada tingkat keparahan kerusakan yang telah terjadi pada katup jantung.










