Jepang menjadi salah satu tujuan wisata paling menarik di dunia, menawarkan berbagai pengalaman yang tidak terlupakan. Terkenal dengan kebudayaan yang kaya, lanskap yang menakjubkan, serta makanan yang menggoda selera, negeri ini semakin menarik bagi para pelancong global.
Namun, ada satu tren baru yang mulai menarik perhatian, yakni “pariwisata hantu”. Konsep ini muncul dari kepercayaan dan tradisi kuno Jepang yang mengaitkan roh dengan tempat-tempat tertentu.
Jepang memiliki banyak kisah mistis yang dipercaya oleh masyarakatnya. Kepercayaan Shinto menganggap bahwa setiap aspek alam memiliki roh yang tinggal dan menunggu untuk dihormati oleh manusia.
Memahami Asal Usul Pariwisata Hantu di Jepang
Pariwisata hantu tidaklah muncul tiba-tiba; tren ini telah ada sejak periode Edo ketika orang-orang mengunjungi kuil dengan harapan merasakan kehadiran roh. Keberadaan cerita-cerita horor dalam tradisi lisan masyarakat semakin menarik minat wisatawan untuk menjelajahi tempat-tempat berkaitan dengan kisah mistis.
Dengan pembukaan Jepang terhadap dunia Barat dan kemajuan industri, kisah-kisah hantu pun bertransformasi. Pariwisata hantu kini merambah ke tempat-tempat baru dan modern, seperti gedung-gedung pencakar langit dan tempat-tempat umum.
Setelah Perang Dunia II, ketertarikan akan hal-hal supranatural ini semakin melonjak. Wisatawan kini memiliki akses lebih mudah untuk mengikuti tur hantu di kota-kota besar Jepang seperti Tokyo dan Osaka, menjelajahi pengalaman misterius yang menawarkan pandangan berbeda tentang sejarah.
Tempat-Tempat Penuh Misteri yang Menarik Wisatawan
Salah satu daerah yang sering dikunjungi oleh penggemar wisata hantu adalah Hutan Memorial di Prefektur Iwate, lokasi dari kecelakaan pesawat yang tragis. Tempat ini menyimpan kisah-kisah menyedihkan yang menarik minat para pelancong.
Selain itu, Hutan Aokigahara, yang terkenal sebagai ‘Hutan Bunuh Diri’, menjadi sangat populer di kalangan wisatawan. Tempat ini, sering dihubungkan dengan berbagai cerita, dikenal luas setelah muncul dalam banyak karya fiksi.
Ketertarikan terhadap tempat-tempat ini tidak terbatas pada keindahan alamnya, tetapi juga pada suasana angker yang bisa dirasakan oleh pengunjung. Setiap sudut dipenuhi dengan aroma misterius yang menambah kekuatan pengalaman tersebut.
Stigma dan Peluang dari Properti Bersejarah yang Mempunyai Riwayat Tragedi
Dalam konteks ekonomi, pariwisata hantu berkolerasi dengan stigma masyarakat terhadap properti-properti dengan latar belakang kematian. Di Jepang, tidak jarang agen real estate diwajibkan untuk mengungkapkan informasi tentang setiap peristiwa tragis yang terjadi dalam properti yang dijual.
Properti yang memiliki riwayat semacam ini dikenal sebagai Wake-Ari Bukken yang secara kasar diartikan sebagai properti bermasalah. Harga properti tersebut bisa terpangkas hingga 20 hingga 80 persen tergantung seberapa tragis peristiwa yang terjadi.
Masyarakat yang positif terhadap kunjungan di lokasi-lokasi tersebut sering menciptakan peluang bagi para penggemar wisata hantu, bahkan meski memiliki stigma negatif. Mereka mencari tempat-tempat tersebut dengan cara unik dan sering memanfaatkan harga yang terjangkau.
Para pelancong ini memiliki ketertarikan tersendiri terhadap suasana menegangkan saat menjelajahi lokasi yang diyakini memiliki keberadaan roh. Bahkan tidak jarang mereka mencari properti dengan kisah sejarah kelam yang bisa menjanjikan pengalaman tak terlupakan.
Dengan semakin banyaknya orang yang berbagi pengalaman mereka di media sosial, tren ini terus berkembang dan menarik perhatian suatu komunitas yang lebih luas. Keinginan untuk merasakan sesuatu yang berbeda dari wisata tradisional menjadikan pariwisata hantu sebagai fenomena yang tak bisa diabaikan.