DENPASAR – Menteri Pekerjaan Umum melakukan kunjungan langsung ke waduk Muara Nusa Dua yang terkena dampak banjir besar di Pulau Bali. Kunjungan ini dilaksanakan pada Sabtu sore, di mana Menteri mengevaluasi penyebab dan dampak dari kejadian bencana tersebut.
Dalam tinjauannya, dia menyoroti tumpukan sampah yang menghalangi aliran air di waduk sebagai salah satu faktor penyebab banjir. Penjelasannya menunjukkan bahwa banjir tak hanya disebabkan oleh hujan lebat, tetapi juga oleh pasang air laut yang bersamaan dengan kondisi waduk yang sudah penuh.
Kondisi waduk Muara Nusa Dua saat ini diperparah oleh tingginya sedimentasi. Hal ini memicu kekhawatiran, terutama menjelang musim hujan berikutnya, ketika potensi banjir bisa kembali terjadi jika masalah ini tidak segera diatasi.
Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut untuk Mengatasi Banjir di Bali
Menteri mengungkapkan bahwa sedimentasi di waduk menunjukkan angka yang sangat tinggi dan memerlukan pengerukan. Pengerukan ini akan melibatkan diskusi dengan pihak pemerintah setempat untuk menentukan lokasi pembuangan sedimentasi agar tidak merusak lingkungan.
Dia menjelaskan bahwa pengerukan yang terakhir dilakukan pada tahun 2019 telah menimbulkan kebutuhan mendesak untuk tindakan lebih lanjut agar air bisa mengalir dengan baik dan mencegah banjir di masa mendatang. Hal ini menjadi prioritaskan, mengingat dampak besar yang dialami masyarakat akibat banjir terbaru ini.
Dalam jangka pendek, normalisasi sungai menjadi solusi yang dianggap paling mendesak. Namun, hal ini ditambahkan dengan harapan bahwa masyarakat lebih sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan agar sungai bisa berfungsi dengan optimal.
Kondisi Terkini dan Upaya Penanganan Sampah di Waduk
Hingga saat ini, kondisi waduk Muara Nusa Dua dapat dikatakan relatif aman dari kerusakan fisik, namun masalah utama yang dihadapi adalah tumpukan sampah. Sampah yang menumpuk di sepanjang waduk menjadi perhatian serius karena dapat menyebabkan masalah lingkungan yang lebih besar jika tidak diatasi.
Upaya pengangkutan sampah sudah dimulai, dengan rencana untuk memindahkan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung. Menurut rencana, proses ini akan berlangsung sampai dengan bulan Desember 2025 untuk memastikan bahwa waduk terbebas dari sampah.
Sementara itu, melakukan pengerukan juga menghasilkan material pasir yang harus dikelola dengan baik. Diskusi antara kementerian terkait dan gubernur Bali diperlukan untuk menentukan tempat pembuangan yang tepat guna mendukung proses pengerukan yang berlangsung lama.
Dampak Banjir dan Penanganan Korban di Bali
Data terbaru yang diumumkan oleh BPBD Provinsi Bali menunjukkan bahwa banjir di wilayah tersebut menyebabkan 18 korban jiwa. Ini menjadi salah satu dampak terburuk dari kejadian ini, menciptakan kesedihan mendalam bagi masyarakat yang kehilangan orang-orang terkasih.
Terlepas dari angka kematian, terdapat juga beberapa individu yang masih dalam pencarian, menambah ketegangan dan keprihatinan warga sekitar. Hal ini menunjukkan seriusnya dampak banjir yang menyerang kawasan tersebut, termasuk dampak sosial dan psikologis bagi mereka yang terdampak.
Dengan adanya evaluasi dan rencana aksi yang jelas, pemerintah berharap dapat meminimalisir dampak dari bencana serupa di masa mendatang. Koordinasi dengan pihak gubernur dan pemangku kepentingan lain menjadi bagian penting dari strategi penanganan yang komprehensif ini.











